Senin, 25 Mei 2015

MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN & KOMPONEN DENGAN MACAM MODEL KEBIDANAN

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN
“MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN & KOMPONEN DENGAN MACAM MODEL KEBIDANAN”



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1  JEAN BALL
1.      Nata Sinta Derek                    (14140056)
2.      Ayu Kumala Dewi                  (14140059)
3.      Whentin                                  (14140062)
4.      Olinda Maria Xymenes           (14140065)
5.      Eviana Maya Saputri               (14140072)
6.      Umi Yulianti                           (14140073)
7.      Indah Nipinia Sari                   (14140074)
8.      Zulia Jayanty                           (14140081)
9.      Siti Zubaidah                          (14140094)
10.  Sarah Pratama                         (14140095)
11.  Mustika                                   (14140106)
12.  Ririn Saputri                            (14140109)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2014

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kebidanan. Hal itu menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.
Menempatkan orang-orang yang menggunakan pelayanan kesehatan pada pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah dalam 10 tahun terakhir, salah satunya pelayanan yang berpusat pada wanita. Wanita dalam paradigma kebidanan sebagai makhluk bio-psiko-sosial-kultural yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kritikan dari sebagian wanita yang menggunakan pelayanan maternitas bahwa kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Kesimpulannya adalah bahwa wanita dan bayinya harus menjadi pusat asuhan dan pelayanan maternitas harus tersedia disekitar mereka.
Yang sangat penting adalah perpindahan menuju ketetapan pelayanan yang lebih sensitif serta melibatkan wanita dalam perencanaan dan pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-elemen perawatan yang mereka terima. Pengembangan komunikasi adalah kunci pelayanan yang lebih sensitif dan responsif. Sikap etis profesional dalam berkomunikasi akan mewarnai setiap langkah bidan, termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul pada asuhan yang diberikan.
Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan konseptual model atau teori-teori yang mempengaruhi praktek kebidanan sehingga wawasan seorang bidan semakin luas.
A.    Teori dan Model Konseptual  Asuhan Kebidanan
1.      Pengertian
a.       Konsep
adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian.
b.      Model
adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
c.       Model kebidanan
adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
d.      Konseptual Model
·          Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
·          Menunjukkan pada ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu.
·          Model memberi kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk   membingbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian
2.      Model dalam kebidanan berdasarkan pada 4 elemen:
a.       Orang (wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
b.      Kesehatan
c.       Lingkungan
d.      Kebidanan
3.      Model kebidanan dapat digunakan untuk:
a.       Menyatukan data secara lengkap
1)      Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pemimpin
2)      Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar
3)      Untuk komunikasi bidan dengan klien
b.      Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan dan kebutuhan  untuk:
1)      Mengembangkan profesi
2)      Mendidik  mahasiswa bidan
3)      Komunikasi dengan klien dan pimpinan
4.      Komponen Model Kebidanan
Model Kebidanan dibagi menjadi 5 komponen, yaitu:
1.      Memonitor kesejahteraan ibu
2.      Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
3.      Intervensi teknologi seminimal mungkin
4.      Mengidentifikasi dan member bantuan obstetric
5.      Lakukan rujukan
B.     Beberapa Macam Model Kebidanan
1.      Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu:
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Partnership
d. Faktor Kedokteran dan keterbukaan
2.      Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan sehingga dipertanyakan dalam model ini adalah “Dapatkah dengan mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktek?”
3.      Model sehat ini untuk semua (Health For All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi Alma Ata tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simmet (1992):
a.       Mengurangi ketidaksamaan kesehatan
b.      Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
c.       Partisipasi masyarakat
d.      Kerjasama yang baik pemerintah dengan sektor lain yang terkait
e.       Primary Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari sistem pelayanan             kesehatan.
PHC adalah pelayanan pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam komunitas melalui partisipasi dan merupakan suatu value dalam masyarakat dan negara yang mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.
Dari model HFA dan definisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998):
a.    Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan kebutuhan
b.      Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, dimana pelayanan dapat memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat).
c.       Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur, yaitu pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif.
d.      Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan, yaitu penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan selutuh lapisan masyarakat.
e.       Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat bergantung pada pelayanan kesehatan saja teapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perumahan, populasi lingkungan, persediaan makanan dan metode pubikasi.
      Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah:
a.       Pendidikan tentang masalah kesehatan umum dan metode pencegahan dan  pengontrolannya.
b.      Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
c.       Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat.
d.      Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e.       Imunisasi
f.       Pencegahan dan pengawasan penyakit endemik
g.      Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
h.      Persediaan obat-obat essensial (Morley, et.al, 1989)

4.      Model sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer Queensland
a.       Model kurikulum konseptual partnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar (Guiililand dan Pairman, 1995)
b.      Partnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model kepedulian (model of care) sebagai model filosogi prospektif berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan
c.       Persalinan merupakan proses yang sangat normal
d.      Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan saling menguntungkan
e.       Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri
f.       Konsep “wanita” dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga, kelompok dan budaya.
g.      Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang professional bidan
h.      Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai manusia kedalam suatu hubungan partnership yang mana akan mereka gunakan dalam teurapetik. Bidan harus mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
i.        Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan padda prinship midwifery care berikut ini:
1)    Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa, fisik, dan lingkungan kultur sosial (holism)
2)    Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong tanpa adanya intervensi
3)    Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut
4)    Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu pengetahuan.
5)     Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood
6)    Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita
7)    Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai control atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya.
8)    Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek individu: dengan persetujuan wanita bidan merujuk fassilitas pelayanan kesehatan yang lebuh berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa hormat, timbal balik dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum bagi wanita untuk alas anapapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atass namanya sendirinya
Persepsi mahasiswa kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan  untuk mengantisipasi mahasiswa dalam  menghadapi kasus yang ditemukan di dalam tim, praktek mahasiswa akan dibatasi oleh bidan dan akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidananyang akan meningkatkan  kemampuan dan keterampilan mahasiswa , peran perseptor akan semakin berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar