MAKALAH
KONSEP KEBIDANAN
“MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN & KOMPONEN DENGAN MACAM
MODEL KEBIDANAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
1 JEAN BALL
1.
Nata Sinta Derek (14140056)
2.
Ayu Kumala Dewi (14140059)
3.
Whentin (14140062)
4.
Olinda Maria Xymenes (14140065)
5.
Eviana Maya Saputri (14140072)
6.
Umi Yulianti (14140073)
7.
Indah Nipinia Sari (14140074)
8.
Zulia Jayanty
(14140081)
9.
Siti Zubaidah (14140094)
10. Sarah Pratama (14140095)
11. Mustika (14140106)
12. Ririn Saputri (14140109)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2014
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya
kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kebidanan.
Hal itu menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Menempatkan orang-orang
yang menggunakan pelayanan kesehatan pada pusat asuhan telah menjadi kebijakan
pemerintah dalam 10 tahun terakhir, salah satunya pelayanan yang berpusat pada
wanita. Wanita dalam paradigma kebidanan sebagai makhluk
bio-psiko-sosial-kultural yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kritikan dari sebagian
wanita yang menggunakan pelayanan maternitas bahwa kebutuhan mereka tidak
terpenuhi. Kesimpulannya adalah bahwa wanita dan bayinya harus menjadi pusat
asuhan dan pelayanan maternitas harus tersedia disekitar mereka.
Yang sangat penting
adalah perpindahan menuju ketetapan pelayanan yang lebih sensitif serta
melibatkan wanita dalam perencanaan dan pemantauan pelayanan, juga mampu
menentukan elemen-elemen perawatan yang mereka terima. Pengembangan komunikasi
adalah kunci pelayanan yang lebih sensitif dan responsif. Sikap etis
profesional dalam berkomunikasi akan mewarnai setiap langkah bidan, termasuk
dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul pada asuhan yang
diberikan.
Untuk menjawab tantangan
tersebut diperlukan konseptual model atau teori-teori yang mempengaruhi praktek
kebidanan sehingga wawasan seorang bidan semakin luas.
A. Teori
dan Model Konseptual Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
a. Konsep
adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan
tentang suatu teori yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian.
b. Model
adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan
sesuatu.
c. Model
kebidanan
adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
d. Konseptual
Model
·
Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi
dasar suatu disiplin ilmu.
·
Menunjukkan pada ide global tentang
individu, kelompok, situasi, dan kejadian yang menarik untuk suatu ilmu.
·
Model memberi kerangka untuk
memahami dan mengembangkan praktek untuk
membingbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan
yang harus dijawab dalam penelitian
2. Model
dalam kebidanan berdasarkan pada 4 elemen:
a. Orang
(wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
b. Kesehatan
c. Lingkungan
d. Kebidanan
3. Model
kebidanan dapat digunakan untuk:
a. Menyatukan
data secara lengkap
1) Tindakan
sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pemimpin
2) Dalam
pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar
3) Untuk
komunikasi bidan dengan klien
b. Menjelaskan
siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan dan kebutuhan untuk:
1) Mengembangkan
profesi
2) Mendidik mahasiswa
bidan
3) Komunikasi
dengan klien dan pimpinan
4. Komponen
Model Kebidanan
Model Kebidanan dibagi menjadi
5 komponen, yaitu:
1. Memonitor
kesejahteraan ibu
2. Mempersiapkan
ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
3. Intervensi
teknologi seminimal mungkin
4. Mengidentifikasi
dan member bantuan obstetric
5. Lakukan
rujukan
B. Beberapa
Macam Model Kebidanan
1. Model
dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu:
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Partnership
d. Faktor Kedokteran dan keterbukaan
2. Model
medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan
untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.
Tujuannya adalah sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan sehingga
dipertanyakan dalam model ini adalah “Dapatkah dengan mudah dipahami dan
dapatkah dipakai dalam praktek?”
3. Model
sehat ini untuk semua (Health For All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi
Alma Ata tahun 1978. Fokus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan
masyarakat serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain. Tema
HFA menurut Euis dan Simmet (1992):
a. Mengurangi
ketidaksamaan kesehatan
b. Perbaikan
kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
c. Partisipasi
masyarakat
d. Kerjasama
yang baik pemerintah dengan sektor lain yang terkait
e. Primary
Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari sistem
pelayanan kesehatan.
PHC adalah pelayanan pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan
pada praktek, ilmu pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta
teknologi universal yang dapat diperoleh oleh individu dan keluarga dalam
komunitas melalui partisipasi dan merupakan suatu value dalam masyarakat dan
negara yang mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan
dan ketentuannya.
Dari model HFA dan
definisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998):
a. Hak penentuan
kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan berdasarkan
kebutuhan
b. Pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, dimana pelayanan dapat
memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam
satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat).
c. Pelayanan
harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur, yaitu
pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh masyarakat
dan pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif.
d. Komunitas
harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan, yaitu
penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan
kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan selutuh
lapisan masyarakat.
e. Kolaborasi
antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak dapat
bergantung pada pelayanan kesehatan saja teapi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: perumahan, populasi lingkungan, persediaan makanan dan metode
pubikasi.
Delapan area
untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah:
a. Pendidikan
tentang masalah kesehatan umum dan metode pencegahan dan pengontrolannya.
b. Promosi
kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
c. Persediaan
air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat.
d. Kesehatan
ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan
dan pengawasan penyakit endemik
g. Pengontrolan
yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
h. Persediaan
obat-obat essensial (Morley, et.al, 1989)
4. Model
sistem maternitas di komunitas yang ideal University of Southeer Queensland
a. Model
kurikulum konseptual partnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada model
pelayanan kesehatan dasar (Guiililand dan Pairman, 1995)
b. Partnership
kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model kepedulian (model
of care) sebagai model filosogi prospektif berpendapat bahwa wanita dan
bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan
c. Persalinan
merupakan proses yang sangat normal
d. Sebuah
hubungan partnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan saling
menguntungkan
e. Bidan
bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan membantu
wanita untuk mengambil keputusan sendiri
f. Konsep
“wanita” dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan tersebut, keluarga,
kelompok dan budaya.
g. Konsep
bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau
keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang professional bidan
h. Dengan
membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka sendiri sebagai
manusia kedalam suatu hubungan partnership yang mana akan mereka gunakan dalam
teurapetik. Bidan harus mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan
jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
i. Sebagai model
of care the midwifery partnership didasarkan padda prinship
midwifery care berikut ini:
1) Mengakui dan mendukung adanya
keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa, fisik, dan lingkungan kultur sosial
(holism)
2) Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita
yang bersalin dapat ditolong tanpa adanya intervensi
3) Mendukung dan
meningkatkan proses persalinan alami tersebut
4) Bidan menggunakan suatu pendekatan
pemecahan masalah dengan seni dan ilmu pengetahuan.
5) Relationship-based dan
kesinambungan dalam motherhood
6) Woman
centered dan bertukar pikiran antara wanita
7) Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan
tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita
mempunyai control atas keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya.
8) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup
praktek individu: dengan persetujuan wanita bidan merujuk fassilitas pelayanan
kesehatan yang lebuh berkualitas.
Hubungan antara wanita,
bidan dan dokter harus didasari oleh rasa hormat, timbal balik dan saling
percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum bagi
wanita untuk alas anapapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atass
namanya sendirinya
Persepsi mahasiswa
kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk
mengantisipasi mahasiswa dalam menghadapi kasus yang ditemukan di
dalam tim, praktek mahasiswa akan dibatasi oleh bidan dan akan mengajarkan
beberapa pelayanan khusus kebidananyang akan meningkatkan kemampuan
dan keterampilan mahasiswa , peran perseptor akan semakin berkurang dalam
praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar