BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan orang bilang sehat itu mahal, tetapi
benarkah tentang fakta itu? menurut pendapat para Ilmu Kesehatan Dunia
(WHO) , memang sehat itu mahal, karena kita harus memakan- makanan yang
penuh dengan gizi, akan kaya protein, zat besi, dan lain-lain.
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering
dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan
benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi
secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa
segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat
manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh
pasien berfungsi secara normal.
Dalam kehidupan manusia mempunyai sebuah kesehatan
dimana seseorang merasa baik dengan fisik dan mentalnya lebih tepatnya sehat
yaitu suatu kondisi yang bebas dari berbagai jenis penyakit baik secara fisik,
mental, maupun sosial. Konsep Sehat adalah keadaan normal yang sesuai dengan
standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan
komunitas masyarakat sekitarnya.
Sebagian besar masyarakat belum mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tepat dari tenaga medis karena pelayanan kesehatan medis yang
tidak merata. Hal ini banyak ditemukan pada daerah-daerah terpencil yang belum
dapat dijangkau oleh tenaga kesehatan. Selain itu masalah biaya juga menjadi
alasan bagi masyarakat untuk tidak mencari pelayanan kesehatan medis. Namun di
lain pihak, bagi beberapa individu, kesehatan merupakan hal yang sangat
penting. Untuk itu, beberapa orang rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk memperoleh kesehatan dalam diri mereka.
Perilaku sehat-sakit dari setiap individu tentunya
akan berbeda. Dapat dilihat dari bagaimana individu dalam sebuah kelompok
sosial menjalankan pola hidupnya. Pola hidup dari setiap kelompok sosial
tentunya akan berbeda sesuai dengan kebiasaan yang dianut oleh setiap individu
tersebut. Pola hidup yang sudah menjadi kebiasaan dalam sebuah kelompok sosial
akan berkembang menjadi sebuah budaya.
Pengaturan pola hidup yang baik dari setiap individu
harus berasal dari kesadaran dalam diri individu sendiri. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menahan diri untuk tidak melakukan pola hidup yang dapat
berakibat buruk bagi kesehatan. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak
terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian
saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,
kedok-teran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan
pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin
ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya. Banyak sekali
faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan di masyarakat menurut beberapa
ahli, contohnya menurut Hendrik Bloom
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini
adalah :
1. Tujuan umum dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mendapatkan
nilai tugas dari dosen mata pelajaran.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui teori tentang
Hendrik Bloom
b. Mengetahui tentang Hendrik
Bloom
c. Memberi pengetahuan tentang faktor apa saja yang dapat mempengaruhi status kesehatan menurut
Hendrik Bloom.
1.3
Manfaat
Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a.
Guna
menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini.
b.
Mengembangkan
pemahaman seorang maupun mahasiswa tentang konsep
sehat sakit khususnya mengenai faktor yang mempengaruhi status kesehatan
menurut salah satu ahli.
c.
Melatih
mahasiswa dalam pembuatan makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Teori H.L Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi
sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.
Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),
faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut
faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan
paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini
maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila
dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang
sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter
dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah
paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan
masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum
memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif.
Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan
penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru,
paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada
penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan
sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah
lama ditinggalkan karena secara finansial justru merugikan negara. Anggaran
APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesia semakin tinggi dan sebagian besar
digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan
pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus
menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya
pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya
preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan
derajat kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara
signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan
gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak
terkendali dan korupsi penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi
tersebut dapat timbul karena kebijakan kita yang keliru.
2.2 Sejarah Singkat Hendrik
Bloom
Dr Henrik L. Bloom atau yang lebih di kenal
dengan nama HL Bloom adalah seorang profesor emeritus administrasi kesehatan
dan perencanaan di University of California, Berkeley, dan pelopor dalam
reformasi perawatan kesehatan.
Hendrik L. Bloom lahir pada 11 November 1915, di
San Fransisco. Dibesarkan di sebuah daerah pertanian di distrik Napa. Perhatian
yang tulus oleh rekan-rekannya selama mengalami kesusahan menjadikan HL Blum
tumbuh dan memiliki tingkat sensitivitas dan perhatian yang tinggi untuk
individu tidak mendapat pelayanan dari lembaga-lembaga sosial. HL Bloom juga
berbakat dalam seni musik khususnya dia sangat unggul dalam memainkan piano dan
juga berbakat dalam kegiatan-kegiatan lapangan.
Pada tahun 1937, HL Bloom memperoleh gelar
sarjana kimia dari UC Berkeley. Dan pada masa studinya di universitas tersebut
dia bertemu dengan yang juga seorang mahasiswi di UC Berkeley, Mariam H.
Ehrich, yang mengambil studi kesejahteraan sosial. Mereka menikah pada tahun
1939 Malam Natal dan tetap bersama sampai kematiannya pada 21 Oktober 2005.
HL Bloom melanjutkan untuk mendapatkan MD-nya
pada tahun 1942 dari UC San Francisco dan master di bidang kesehatan publik
dari Harvard University pada tahun 1948. Antara studi lanjutan gelar, ia
bekerja dari 1944-1945 sebagai asisten dokter di Johns Hopkins University, dan
kemudian dari 1946-1947 sebagai mahasiswa di Universitas Stanford.
Dari 1950 sampai 1966, Blum menjabat sebagai
petugas kesehatan bagi Contra Costa County, di mana dia membantu mendirikan
berbagai program kesehatan masyarakat, termasuk skrining visi di sekolah, masyarakat
kesehatan mental dan konseling genetik.
Pada saat menjabat sebagai petugas kesehatan, HL
Bloom juga menjabat sebagai dosen di UC Berkeley's School of Public Health
sampai tahun 1966. Ketika ia bergabung dengan fakultas sebagai profesor klinis.
Dua tahun kemudian, ia menjadi profesor perencanaan kesehatan masyarakat. Pada
tahun 1970, didirikan Program Blum sekolah dalam Perencanaan dan Kebijakan,
memimpin program ini hingga pensiun pada tahun 1984.
William Reeves, seorang profesor UC Berkeley
akhir emeritus epidemiologi dan rekan Bloom selama lebih dari 40 tahun, pernah
menggambarkan bagaimana pengalaman Blum sebagai petugas kesehatan dipengaruhi
pendekatan untuk penelitian dan mengajar. Dianggap sebagai bapak perencanaan
kesehatan, Bloom melihat kebutuhan untuk menanamkan struktur dan organisasi ke
dalam sistem perawatan kesehatan yang terputus-putus, tidak efisien dan, di
atas segalanya, tidak adil.
"Sampai bagian dari Medicare dan
undang-undang Medicaid di pertengahan 1960-an, penyediaan layanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan lansia hampir tidak ada," kata Richard Bailey,
UC Berkeley profesor emeritus kebijakan kesehatan dan administrasi dan seorang
rekan Blum selama lebih dari tiga dekade. "Mengandalkan pada amal dokter
lokal dan rumah sakit biasanya merendahkan, sedangkan ketersediaan pelayanan di
klinik kesehatan masyarakat dan rumah sakit yang dijalankan oleh kabupaten dan
kotamadya itu jerawatan dan terkenal kekurangan dana. The infus besar-besaran
pendanaan federal membuat semua orang menyadari kekurangan kritis dokter ,
perawat, dokter gigi dan profesional kesehatan lainnya, serta fasilitas yang
memberikan pelayanan. "
Dalam lingkungan ini, Bloom membayangkan sebuah
sistem kesehatan yang komprehensif bagi Amerika Serikat yang secara aktif
terlibat konsumen dan partisipasi operator dalam pengambilan keputusan tentang
jenis pelayanan kesehatan harus tersedia secara lokal, regional dan nasional.
"Dr Bloom berada di tepi pemotongan
teori-teori baru tentang bagaimana untuk membantu sektor kesehatan publik dan
swasta bekerja sama," kata Bailey. "Inovasi adalah mendapatkan
anggota komunitas terlibat dalam keputusan-keputusan yang akan berdampak hidup
mereka." Howard Barkan, salah satu mantan siswa lulusan Blum di UC
Berkeley, mencatat bahwa beberapa ide Blum untuk penyediaan layanan kesehatan
sekarang taken for granted.
"Dr Bloom membuat terobosan konseptual utama
dalam perencanaan rasional bagi kesehatan dan layanan kesehatan sumber daya,
dan itu adalah ide lokasi layanan di mana mereka akan diperlukan," kata
Barkan, yang sekarang menjadi biostatistician dan metodologi penelitian di
Kaiser Permanente . "Seperti yang jelas seperti itu suara sekarang, pada
1960-an dan 1970-an, itu radikal."
Barkan menambahkan bahwa Bloom adalah mentor
inspirasional dan berpengaruh kepada para mahasiswanya. "Dr Bloom dibayar
langsung perhatian dan menghabiskan jumlah besar waktu bekerja dengan
murid-muridnya," kata Barkan. "Kebanyakan program kesehatan setempat
terfokus pada pengendalian penyakit menular dan biasanya dalam kerangka
administrasi yang cukup kaku," tulis Reeves dalam pengenalan sejarah lisan
Blum.
"Henrik diterbitkan pada masalah bahwa ia
telah dibahas dalam Contra Costa County, seperti deteksi diabetes, konseling
genetik, program makan siang sekolah, kesehatan mental, skrining visi,
pendidikan keselamatan dan fluoridasi air. Dalam setiap kasus, ia berfokus pada
pengakuan terhadap kebutuhan masyarakat, sumber daya dan perhatian, dan
partisipasi yang penting bagi penyelesaian masalah. "
Sepanjang karirnya, Bloom telah mengadakan janji
mengajar di Stanford University's Medical School serta di UC Berkeley. Pada
tahun 1991, ia dipanggil kembali dari pensiun untuk melayani sebagai ketua
interim UC Berkeley-UCSF Bersama Program Kedokteran, posisi yang diselenggarakan
selama tiga tahun. Dia juga bekerja sebagai konsultan atau anggota berbagai
komite untuk National Institutes of Health, American Public Health Association,
US Public Health Service, US Department of Health and Human Services, US Agency
for International Development, dan Organisasi Kesehatan Dunia. Dia adalah wakil
presiden Amerika Asosiasi Kesehatan Masyarakat pada tahun 1990.
Blum sama-sama aktif dalam pembangunan lokal dan
negara kesehatan masyarakat, menjabat sebagai Presiden Konferensi California
Pejabat Lokal Kesehatan dan California Utara Asosiasi Kesehatan Masyarakat. Dia
juga menjabat sebagai ketua dewan penyantun dari Alta Bates Rumah Sakit di
Berkeley, dan membantu mendirikan dan memimpin Corp menyembuhkan, Bay Area
sebuah organisasi perawatan kesehatan.
Selain berbagai publikasi Blum penelitian, ia
menulis teks tengara tiga pada kesehatan masyarakat dan perencanaan kesehatan -
"Administrasi Kesehatan Masyarakat: Sebuah Sudut Pandang Kesehatan
Masyarakat," "Kesehatan Perencanaan" dan "Perencanaan untuk
Kesehatan."
Di antara banyak penghargaan itu adalah Memorial
Medal 1985 Sedgwick, kehormatan paling bergengsi dari American Public Health
Association; Schlesinger Award tahun 1985 dari American Health Association
Perencanaan dan Citation Berkeley tahun 1984, salah satu penghargaan tertinggi
di kampus. Dia juga menerima Beasiswa Fulbright ke Swedia pada tahun 1986, dan
pada tahun 1987, ia menghabiskan waktu setahun di Cina Barat Universitas Ilmu
Kesehatan di Chengdu, Cina, sebagai dosen tamu.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi
Status
Kesehatan Menurut Hendrik Bloom
Semua Negara di dunia menggunakan
konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga negaranya. Untuk Negara maju saat ini
sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan
makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan
keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialamiIndonesiasebagai
Negara agraris, segala regulasi
pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi
masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakat kota yang mengalami
kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan
wilayahIndonesiapotensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena
wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.Ada apa dengan pemerintah ? Satu jawaban yang pasti
seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat
ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma
dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor
determinan yang dikaji, masing-masing fackor yang saling keterkaitan, berikut penjelasannya :
1.
Perilaku masyarakat
Perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan
sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu
misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan
masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan
peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan
sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model
harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2.
Lingkungan
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung
jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas
sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam
mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun
dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas
padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping
lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang
buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3.
Pelayanan kesehatan
Kondisi
pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi
dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang
memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang
bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak
kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung
karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah
dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.
4.
Genetik / Keturunan
Seperti
apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci
dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan
kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam
hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal
potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.
Program
pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan,
terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah.
Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini
untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang
kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang
sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
2.4 Derajat Kesehatan Masyarakat
Menurut
Hendrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari tingkat
mortalitas dan morbiditas penduduk yang dipengaruhi oleh empat factor penentu,
yaitu : factor – factor lingkungan (45 persen), perilaku kesehatan (30 persen),
pelayanan kesehatan (20 persen) dan kependudukan / keturunan (5 persen).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesehatan sangat mahal harganya sehingga kita harus
menjaga jasmani dan rohani kita agar tetap sehat. Menurut teori yang dikemukakan oleh Hendrik Bloom bahwa status
kesehatan itu di pengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan hereditas (keturunan). Keempat faktor itu saling
berkaitan satu sama lainnya.
3.2 Saran
Saran kami agar makalah ini dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk menambah wawasan kita semua
tentang faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi status kesehatan menurut Hendrik Bloom. Selain itu kita
juga dapat mengetahui sejarah singkat Hendrik Bloom sebagai “The father of Public Health”. Selain itu kita juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar status kesehatan kita tetap terjaga, sehat selalu
dan pelayanan kesehatan serta lingkungan yang ada di Indonesia khususnya di
daerah kita dapat menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar