BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu
kejadian fisiologis yang pada sebagaian besar wanita berakhir dengan normal dan
tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium,
pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin
optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi
dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namum beberapa
studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang
terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui(Hillan,
1992b:glazener et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a), dapat berlangsung dalam
waktu lama. Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis
pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan
ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang
diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas
pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannya
seperti obstetric, anestesi dan factor social.
BAB II
ISI
A.
Penegrtian
Masa nifas atau puerpurium normal adalah masa yang
dimulainya setelah partus atau persalinan normal selesai dan berakhir selama
kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti semula dalam waktu 3 bulan. Masa nifas dengan riwayat episiotomi
potensial terjadi infrksi nifas dan angka kematian terbesar di Indonesia
disebabkan oleh infeksi.
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu
terjadi pada kehamilan dan persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, 2/3
kematian terjadi dalam 4 minggu setelah persalian dan 60% kematian BBL terjadi
waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan
bayi dalam masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Masa nifas ( postpartum/ puerperium)
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “ puer” yang artinya bayi dan
“parous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
pada masa ini berkisar 6- 8 minggu.
Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kemablai seperti
keadaan sebelum hamil, berlangsung sekitar 6 minggu. akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas dimulai setelah
partus selesai & berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Nifas atau puerperium
adalah periode dimana organ-organ reproduksi kembali seperti kepada keadaan
tidak hamil.
Masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah plasenta lahir & berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil (Abdul Bari.S, dkk. 2002).
Kala puerperium berlangsug
selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang dipergunakan untuk pulihnya
alat kandungan ke keadaan normalyaitu involusi dan proses laktasi.
Masa nifas merupakan masa
yang diawali dari beberapa jam setelah placenta lahir dan berakhir setelah 6
minggu post partum.
Masa nifas adalah masa
setelah melahirkan hingga pulihnya rahim dan organ kewanitaan yang umumnya
diiringi dengan keluarnya darah nifas, berlangsung selama ±6 pekan.
2. Macam-Macam nifas
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan
dinama ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dan boleh bekerja
setelah 40 hari
b. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia lamanya 6 – 8 minggu
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulan atau tahunan.
3. Tujuan asuhan masa nifas
a. Memulihkan dan
mempertahankan kesehatan fisik ibu dengan :
1). Mobilasi
bertahap
2). Menjaga
kebersihan
3). Mencegah
terjadinya anemi
b. Memulihkan dan
mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan memberi dukungan dan memperkuat
keyakinan ibu dalam menjalankan peran ibu
c. Mencegah
terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu melakukan pengobatan
ataupun rujukan
d. Memperlancar
dalam pembentukan ASI
e. Memberikan
konseling informasi dan edukasi / KIE pada ibu dan keluarganya tentang
perubahan fisik dan tanda- tanda infeksi, pemberian ASI, asuahan pada diri
sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual dan kontrasepsi sehingga ibu mampu
merawat dirinya dan bayinya secara mandiri selama masa nifas.
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Selama hamil,
terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada
sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
muskuluskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, sistem hematologi, dan
perubahan pada tanda- tanda vital. Pada masa postpartum perubahan- perubahan
tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Adapun perubahannya
adalah sebagai berikut :
a. Perubahan fisik
1. Keadaan
umum segera setelah melahirkan umumnya sangat lemah, lebih-lebih bila partus
berlangsung lama. Sebenarnya nifas normal tidak sakit tetapi membutuhkan waktu
untuk mengembalikan keadaan umumnya yang mengalami perubahan pada saat hamil
dan persalinan sampai kemablai ke keadaan semula (Mochtar, 1998).
2. Suhu
tubuh dapat meningkat 0.5 oC namun tidak lebih dari 38 oC,
sesudah 12 jam pp kembali normal (36,5oC - 37,5oC).
Adakalanya terjadi peningkatan pada hari pertama post partum yang disebabakan
faktor laktasi. Bila melebihi 38oC pada 24 jam pertama post partum
merupakan tanda infeksi (Sarwono, 2007)
3. Denyut
nadi umumnya berkisar 60-80 x/menit maksimal 100/menit dapat terjadi
bradikardi. Denyut nadi di masa nifas umumnya lebih dibandingkan suhunya.
Kecuali bila partus lama dan sulit sehingga kehilangan banyak darah dan dapat
terjadi takikardi. Bradikardi post partum pada hari 6-10 dengan denyut antara
40-70 kali/ menit adalah perubahan normal. (Sarwono, 2007).
4. Pernafasan
setelah melahirkan normal ± 18x/menit. Bila fungsi paru-paru baik, pernapasan
akan normal, teratur dan cukup (Mochtar, 1998).
5. Berat
badan segera setelah melahirkan kehilangan sebesar 5kg
atau berkurang sebesar 12 pound, yang desebabkan oleh keluarga bayi, plasenta
dan air ketuban.
b. Sistem
Reproduksi
1. Involusi uterus
Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua /metrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan
berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochia
2. Involusi tempat
plasenta
3. Setelah
plasenta , tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata
dan kira- kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini akan mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
4. Perubahan
ligamen
5. Ligamen-
ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilandan
partus, setelah janin lahir, berangsur- angsur menciut kembali seperti
sediakala.
6. Perubahan pada
serviks
7. Serviks
mengalami involusi bersama- sama uterus. Setelah persalinan, bentuk serviks
agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak
kadang-kadang teradapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan
masih bisa masuk rongga rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
8. Lochea
Adalah cairan
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
a). Lochea rubra (cruenta)
Berisi darh segar, sisa-sisa selaput etuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa lanugo dan mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan
b). Lochea sangunolenta
Berwarna merah
kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke 3-7 pasca persalinan
c). Lochea serosa
Berwarna
kuning. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
d). Lochea alba
Cairan putih
setelah 2 minggu
c.
Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
d.
Sistem
Pencernaan
1. Nafsu makan
2. Ibu biasanya
laparsegera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan.
3. Mortilitas
4. Secara khas,
penurunan tonus dan mortalitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
5. Pengosongan
usus
6. Buang air besar
secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan.
e. Sistem
Perkemihan
1. Keseimbangan cairan
dn elektrolit
a). Mencapai hemostasis internal
b). Keeimbangan asam basa
c). Mengeluarkan sisa metabolisme,
racun dan zat toksin
2. Keseimbangan
dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
a). Pengaturan tekanan darah
b). Perangsangan produksi sel darah
merah
3. Sistem
urinarius
4. Perubahan
hormonal pada masa hamil ( kadar streroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita
melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa
postpartum.
5. Komponen urin
6. Glikosuria
ginjal yang diinduksikan oleh kehamilan menghilang.
7. Diuresis
postpartum
8. Dalam 12 jam
pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di
jaringan selama ia hamil.
9. Uretra dan
kandung kemih
10. Trauma bila
terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu
bayi melewati jalan lahir.
f. Sistem
Muskuluskeletal
Adaptasi sistem
muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik
pada masa postpartum. Adapatasi ini mencakup hal- hal yang membantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilitasi sensi lengkap pada minggu ke 6 sampai minggu ke- 8 setelah
wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal
sebelum hamil, kaki wanita tidak menglami perubahan setelah melahirkan.
g.
Sistem Endokrin
1. Hormon plasenta
Hormon plasenta
menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam sampai hari ke- 7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke- 3 postpartum
2. Hormon
pituitary
Prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke- 3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi
3. Hipotalamik
pituitary ovarium
Untuk wanita
yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan
menstruasi
h. Sistem
Kardiovaskular
Pada persalinan
pervaginam kehilangan darah sekitar300- 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio
sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan hematokrit. Bila persalianan pervaginam, hematokrit akan naik
dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah
4- 6 minggu.
. i.
Perubahan sistem tubuh lain
1. Pembuluh
darah rahim
Di dalam uterus sebagian
besar pembuluh darah mengalami obliterasi atau menghilang oleh perubahan hialin
sehingga pembuluh darah mengecil.
2. Serviks
dan vagina
Setelah persalinan
pinggir-pinggir serviks tidak rata, setelah 1minggu post partum dapat dilalui 1
jari. Vagina mencapai ukuran normal pada minggu ke-3 pp.
3. Dinding
perut dan peritoneum
Setelah persalinan perut
longgar, pulih dalam 6 minggu. Peritoneum yang meliputi usus menjadi
berlipat-lipat dan keriput.
4. Perubahan
sistem ginjal
Miksi spontan terjadi dalam
3 jam pp. Efek trauma persalinan dalam kandung kencing dan ureter menghilang
dalam 24 jam.
5. Gastrointestinal
1-2 jam pp lapar dan siap menyantap
makanan. Konstipasi awal nifas disebabkan tidak adanya input makanan padat
selama persalinan.
6. Hematologi
Jumlah hemoglobin,
hematokrit, eritrosit sangat bervariasi pada ibu tergantung hidrasi, input
cairan, kehilangan darah & cairan selama persalinan, serta pengurangan
normal jumlah darah.
7. Endokrin
isapan bayi merangsang keluarnya oksitosin
j. Perubahan Psikologis
1. Phace honey moon
Terjadi intimidasi dan kontak yang lama antara ibu ayah yang baik, hal ini
disebut juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik.
namaun masing-masing saling memperhatikananaknya dan menciptakan
hubungan baru. (Varney 2007:3)
2. Bonding and attachment
terjadi pada kala IV dimana terjadi kontak antara ibu, ayah dan anak dan tetap
dalam ikatan kasih.penting bagi asuhan untuk memikirkana bagaimana agar hal
tersebut dapat terlaksana. partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan
salah satu upaya dalam proses ikatan kasih sayang.
3. Phase Taking In (tahap
ketergantungan)
terjadi pada hari 1-2 post partum. perhatian
ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. ibiu tidak
mengirimkan kontak dengan bayi bukan berarti tidak memperhatikan. dalam fase
ini yang perlu diperhatikan adalan kontak dengan bayinya, bukan cara merawat
bayi (Hamilton, 1995:291)
4. Phase taking hold
berangsung kira-kira 10 hari mulai hari ke
2-4 post partum. paa saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi
ibu muda/ primi para karena pada fase ini sering terjadi post partum blues.
5. Phase letting go atau saling
ketergantungan(Manuaba, 1998).
dimulai ketika minggu ke 5-6 kelahiran. tubuh
ib setelah sembuh secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal an tidak
lagi menerima peran sakit serta kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali.
6. Reaksi ibu
Reaksi positif termasuk berbicara pada bayi, memeluk, meneliti dan
memberi tanggapan positif tentang bayinya.
7. Post partum blues (Sinopsis Obstetri, 1983)
ibu merasa letih setelah persalinan, mengalami nyeri perineum,
pembengkakan mamae. hal ini disebabkan tingkat esterogen dan progesteron tubuh
yang menurun setelah persalinan, seringkali emosi yang semula tinggi menurun
dengna cepat setelah kelahiran dan tampak pada minggu 1-2 poost partum.
Setelah persalianan, shunt akan hilang dengan tiba- tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat
menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini
dapat diatasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3- 5 pospartum.
k.
Sistem
Hematologi
Selama minggu-
minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor- faktor
pembekuan darah meningkat.
l. Perubahan
Pada Tanda- Tanda Vital
1. Suhu badan
Suhu badan setelah persalianan mungkin naik 0,5° C hingga
37,2° C- 37° C, tetapi tidak melebihi 38° C.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60- 80 kali
permenit. Sehabis melahirkan bisa terjadi brakardia puerperial yang
denyut nadinya mencapai 40-50 kali/ menit.
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan katena ada perdarahan.
4. Pernapasan
5. Keadaan
pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
5. Aspek psikososial yang terjadi pada masa nifas
a. Fase taking in
Yaitu terjadi
fantasi, introspeksi, proyeksi dan penolakan.perhatian ibu terutama terhadap
kebutuhan dirinya,mungkin pasif dan ketergantungan
b. Fase taking
hold
Yaitu tahap
meniru dan role play
c. Fase letting go
d. Yaitu ibu sudah
mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya.
6. Kebutuhan dasar ibu nifas
a. Nutrisi dan
Cairan
Disamping
perawatan pada bayi, yang juga sangat penting diperhatikan adalah merawat
kesehatan ibu. Demikian pula dengan asupan makanannya terutama bagi ibu yang
menyusui
b. Ambulasi
Ambulasi sedini
mungkin sangat dianjurkan bagi ibu pasca bersalin karena hal ini akan
meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah resiko terjadi tromboplebitis,
meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga dapat mencegah
konstipasi dan retensi urine serta ibu akan merasa sehat.
c. Eliminasi BAB/
BAK
Ibu pasca
bersalin harus berkemih dalam 6-8 jam pertama minimal 200cc.
d. Kebersihan diri
Menjaga
kebersihan bagi ibu nifas sangatlah penting karena ibu postpartum sangat rentan
terhadap kejadian infwksi sehingga ibu perlu selalu menjaga kebersihan seluruh
tubuhnya, pakaian yang dikenakannya serta kebersihan lingkungannya
e. Perawatan Luka
Perineum
Perawatan luka
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
f. Istirahat
Ibu nifas
memerlukan istirahat yang cukup, hal ini penting karena jika ibu kurang
istirahat akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum.
g. Seksual
Pada masa nifas
sering terjadi penurunan libido pada ibu. Adanya ruptur perineum dan penurunan
hormon steroid akan mempengaruhi keinginan ibu untuk berhubungan seksual.
h. Keluarga
berencana
Pada periode
postpartum, pemakaian kontrasepsi diperlukan oleh karena dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan janin dengan memperpanjang masa interval diantara kehamilan,
karena jarak kehamilan yang terlalu dekat (3 -18 bulan) akan meningkatkan
kejadian BBLR, kelahiran prematur, bayi kecil, kematian neonatal, dan kematian
janin.
i.
Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang terdiri
atas sederetan gerakan- gerakan tubuh yang dilakukan ibu- ibu setelah
melahirkan guna mempercepat pemulihan keadaan ibu.
7. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
a. Kunjungan I
Waktu 6- 8 jam setelah persalinan
Tujuan :
1. Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan
konseling pada ibu dan keluarganya cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI
awal
5. Melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi
tetap sehat dengan mencegah terjadinya hipotermi
7. Mendampingi ibu
dan bayi baru lahir bagi petugas kesehatan yang menolong persalinan ibu minimal
2 jam setelah lahir atau sampai kondisi ibu dan bayi stabil
b. Kunjungan II
Waktu 6 hari setelah persalinan
Tujuan :
1. Memastikan
involusi uterus berlangsung normal yaitu kontraksi uterus baik, fundus uteri
dibawah umbilicus dan tidak ada perdarahan maupun bau yang abnormal
2. Menilai adanya
tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda- tanda peyulit
5. Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi meliputi : perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari
c. Kunjungan III
Waktu 2 minggu setelah persalinan
Tujuan sama dengan tujuan kunjungan 6 hari setelah bersalin
d. Kunjungan IV
Waktu 6 minggu setelah persalinan
Tujuan :
1. Mengidentifikasi
tentang kemungkinan terjadinya penyulit pada ibu dan bayinya
2. Memberikan
konseling metode kontrasepsi/ KB secara dini
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa nifas
adalah priode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada
keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu 6 minggu, pada masa nifas
banyak terjadi perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis diantara
perubahn fisiologis tanda-tanda vital, pada masa nifas perubahan tanda-tanda
vital harus dilakukan karena untuk memvantu tenaga kesehatan dalam pengawasan
post partum/ nifas. Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara
perlahan dan stabil pada 24 jam post partum, nadi menjadi normal setelah
persalinan.
B.
Saran
Mengingat bahayanya
kenaikan tanda-tanda vital diatasbatas normal, akan berakibat fatal sehingga
penting seorang tenaga bidan memantau perkembangan fisiologis pasien post
partum atau nifas di antaranya dengan memantau tanda-tanda vital. Sehingga
seorang bidan dapat melakukan penanganan selanjutnya secara segera.
RESUME ASUHAN KEBIDANAN
POST NATAL CARE FISIOLOGIS
Disusun Oleh :
1. Indah Nipinia Sari (14140074)
2. Kiki
Rizki (14140112)
3. Nuriska
Diah Komala S (14140084)
4. Kamisa (14140103)
5. Ratu
Febrillah (14140057)
Kelas B.11.2
DIV BIDAN PENDIDIK, FAKULATAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar