BABI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada perempuan hamil sebagian
besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Satu hal
yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
Perubahan tentang perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan
merupakan salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mengerti
proses penyakit yang terjadi selama kehamilan tanpa disertai pemahaman mengenai
perubahan anatomi dan fisiologi ini.
1.2 Rumusan Masalah
ü Apa saja
perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada trimester I ( Sistem Reproduksi,
Payudara dan Sistem Endokrin )
1.3 Tujuan
ü Mengetahui
perubahan anatomi dan adapatasi fisiologi pada trimester I (Sistem Reproduksi,
Payudara dan Sistem Endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Trimester Pertama
Seluruh periode zigot embrionik dan dua minggu pertama periode janin ( dari
total 10 minggu kehidupan setelah fertilisasi ) berada pada 12 minggu pertama
kehamilan dihitung dari masa menstruasi terakhir yang merupakan trimester
pertama.
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan momen fertilisasi dan proses fungsi pronukleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fungsi ini menghasilkan sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Pada saat ini individu baru terbentuk dengan gambar uniknya, baru secara total kombinasi yang unik membentuk karena pronukleus pada masing-masing gamet atau sel seks ( contohnya ovum dan sperma ) yang mengandung hanya setengah (berjumlah 23 atau jumlah haploid) jumlah total ( 46 atau jumlah diploid ) kromosom pada manusia. Jumlah kromosom yang setengah ini merupakan hasil gametogenesiss, yakni proses ketika ovum matang dan sperma berkembang. Bersama dengan fertilisasi, fungsi pronukleus kedua gamet mengembalikan jumlah kromosom diploid yang selanjutnya terlihat pada pembelahan sel mitosis di setiap sel pada tubuh individu, kecuali sel- sel yang nantinya akan mengalami gemetogenesis. Hal lain yang juga ditentukan saat fertilisaasi sebagai hasil fusi dan pengembalian jumlah kromosom yang diploid adalah jenis kelamin individu baru ini. Jenis kelamin ditentukan oleh gamet jantan yang membawa satu kromosom X atau kromosom Y. Gamet betina hanya membawa kromosom X. Melalui proses fusi, kombinasi XX biasanya berkembang menjadi perempuan sedangakan kombinasi XY biasanya berkembang menjadi laki-laki.
Segera setelah fertilasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian tahapan, masa sel yang membelah disebut morula setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan masuk kedalam sel, morula menjadi blastula blastosit. Blatosit ini yang tertahan pada lapiasan uterus saat proses implantasi berakhir pada hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilisasi, embrionik telah dimulai.
Pada saat implantasi, embrio dikenal dengan sebutan embriobilaminar karena lingkaran embrio terbentuk dari sel masa bagian dalam, yang terdiri atas dua lapisan sel, yakni (satu) epiblas, lapisan tebal sel-sel slidris yang membentuk dasar rongga aminon dan pada akhirnya akan menjadi endodermis, mesodermis dan ektodermis embrionik dan (dua) hipoblas, selapis tipis sel-sel yang tersusun atas endodermis utama kantung kuning telur
Awal minggu ke-3 pascafertilisasi menandai dimulainya marfogenesis, yakni perkembangan bentuk tubuh . Perkembangan ini diselesaikan melalui gastrulasi suatu proses yang memungkinkan lempeng dilaminar embrionik diubah menjadi lempeng trilaminar embrionik. Lapisan primitive terbentuk pada permukaan epiblas dan merupakan pusat embrio selama kurnag lebih 2 minggu. Setelah lapisan ini, menjadi tidak begitu jelas dan akhirnya berpisah.
Menjelang akhir minggu ke-3, perkembangan somit dimulai, yang pada puncaknya akan menghasilkan 42 hingga 44 pasang somit. Bermula dari mesodermism, somit bertanggung jawab membentuk sebagian besar tengkorak kepala dan batanag tubuh, otot-otot tubuh terkait dan sebagaian besar dermis yang berbatasasn dengan kulit. Somit berguna untuk mengetahui usia embrio awal yang terbentuk kurang lebih 30 hari setelah fertilasi selama minggu ke 3, pembuluh saraf (cikal bakal otak medulla spinalis), notokord (permulaan vertebra), rongga koelomik (cikal bakal rongga tubuh) sel darah primitive dan kardiovaskular primitive mulai terbentuk.
Jantung mulai berdetak pada awal minggu ke empat pasca fertilisasi (6 minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir). Selama minggu ke empat terjadi perkembangan yang pesat dan terbentuk lapisan lempeng embironik longitudinal dan transfersal. Lapisan longitudinal meliputi lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio dari bentuk yang lurus menjadi bentuk yang memiliki lekuk.
Lapisan transfersal meliputi lapisan transfersal kiri dan transfersal kanan yang melipat ke arah garis tengah dan mengubah embrio dari bentuk datar menjadi bentuk silindris. Pada minggu ke empat, embrio diperkirakan memiliki gambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga (lubang otis), lengan (bakar lengan), tungkai (bakar tungkai), dan struktur leher dan wajah (tempat lekuk brakial pertama).
Selama minggu ke lima pasca fertilisasi, perkembangan pesat otak menghasilkan perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian yang lebih besar dari pada anggota tubuh lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga bokong, dan tungkai perkembang hampir satu minggu kemudian setelah lengan. Mata mulai berkembang berupa bakal lensa (mulai tampak pada minggu ke empat), cangkir optik, dan pigmen retina .
Hidung , mulut,dan palatum mulai terbentuk selama minggu ke enam pasca fertilisasi (delapan minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir) dan mata mulai terlihat. Lengan dan tungkai mengalami banyak perkembangan dan sinar – sinar di ginjal (jari-jari primordial) mulai berkembang pada lempeng tangan. Bentuk kepala lebih besar dari pada batang tubuh.
Minggu ke tujuh pasca fertilisasi menandai perkembangan tungaki lebih lanjut dengan digital rays (dari kaki primodial) berkembang pada lempemg kaki. Kelopak mata terbentuk dan dapat terlihat. Aurikula telinga bagian luar telah terbentuk dan mulai tampak meski belum sepenuh nya berkembang atau naik ke posisi seharus nya. Usus halus mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat yang memiliki ruang untuk usus tersebut.
Pada akhir minggu ke delapan pascafertilisasi (sepuluh minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir), embrio telah memiliki gambaran manusia meski ukuran kepala nya yang besar masih proporsional mencapai dan hampir separuh ukurn total. Tungkai , terutama bagian atas , telah mengalami diferensiasi (contoh, pergelangan tangan, siku ,lutut) dan peningkatan panjang. Osifikasi tulang di mulai dan area leher mulai terbentuk. Perkembangan urugenital telah terjadi , tetapi diferensiasi masih terlalu dini untuk dapat menentukan jenis kelamin.
Akhir minggu ke 8 pascafertilisasi juga menandai akhir perioadik embrionik. Semua struktur eksternal dan internal yang penting sudah terbentuk dan mengalami perkembangan dan detail lebih lanjut, termasuk penggantian kartilago oleh sel-sel tulang. Periode embrionik adalah masa kritis yang memungkinkan teratogen apapun (seperti obat-obatan,sinat x,virus) dapat menyebabkan kematian atau menyebabkan malformasi konginital.
Trimester pertama kehamilan juga mencakup dua miggu pertama periode janin. Pada akhir minggu ke 10 pascafertilisasi, atau miggu ke 12 bila dihitung sejak masa menstruasi terakhir, seluruh usus halus telah masuk kedalam abdomen dan keluar dari tali pusat, genitalia eksterna telah memiliki karakteristik laki-laki atau perempuan ( meski karakteristik ini belum terbentuk sempurna ) anus telah terbentuk, dan raut wajah janin sudah benar-benar tampak seperti manusia. Janin, yang kini memiliki berat 0,5 hingga 1 ons mulai dapat menelan, melakukan gerak pernapasan, berkemih, menggerakkan bagian tungkai tertentu, dapat mengedipkan mata dan mengerutkan wajah. Mulut membuka dan menutup. Ukuran kepala sekitar sepertiga panjang, yang kurang lebih 56 hingga 61mm.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan momen fertilisasi dan proses fungsi pronukleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fungsi ini menghasilkan sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Pada saat ini individu baru terbentuk dengan gambar uniknya, baru secara total kombinasi yang unik membentuk karena pronukleus pada masing-masing gamet atau sel seks ( contohnya ovum dan sperma ) yang mengandung hanya setengah (berjumlah 23 atau jumlah haploid) jumlah total ( 46 atau jumlah diploid ) kromosom pada manusia. Jumlah kromosom yang setengah ini merupakan hasil gametogenesiss, yakni proses ketika ovum matang dan sperma berkembang. Bersama dengan fertilisasi, fungsi pronukleus kedua gamet mengembalikan jumlah kromosom diploid yang selanjutnya terlihat pada pembelahan sel mitosis di setiap sel pada tubuh individu, kecuali sel- sel yang nantinya akan mengalami gemetogenesis. Hal lain yang juga ditentukan saat fertilisaasi sebagai hasil fusi dan pengembalian jumlah kromosom yang diploid adalah jenis kelamin individu baru ini. Jenis kelamin ditentukan oleh gamet jantan yang membawa satu kromosom X atau kromosom Y. Gamet betina hanya membawa kromosom X. Melalui proses fusi, kombinasi XX biasanya berkembang menjadi perempuan sedangakan kombinasi XY biasanya berkembang menjadi laki-laki.
Segera setelah fertilasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian tahapan, masa sel yang membelah disebut morula setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan masuk kedalam sel, morula menjadi blastula blastosit. Blatosit ini yang tertahan pada lapiasan uterus saat proses implantasi berakhir pada hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilisasi, embrionik telah dimulai.
Pada saat implantasi, embrio dikenal dengan sebutan embriobilaminar karena lingkaran embrio terbentuk dari sel masa bagian dalam, yang terdiri atas dua lapisan sel, yakni (satu) epiblas, lapisan tebal sel-sel slidris yang membentuk dasar rongga aminon dan pada akhirnya akan menjadi endodermis, mesodermis dan ektodermis embrionik dan (dua) hipoblas, selapis tipis sel-sel yang tersusun atas endodermis utama kantung kuning telur
Awal minggu ke-3 pascafertilisasi menandai dimulainya marfogenesis, yakni perkembangan bentuk tubuh . Perkembangan ini diselesaikan melalui gastrulasi suatu proses yang memungkinkan lempeng dilaminar embrionik diubah menjadi lempeng trilaminar embrionik. Lapisan primitive terbentuk pada permukaan epiblas dan merupakan pusat embrio selama kurnag lebih 2 minggu. Setelah lapisan ini, menjadi tidak begitu jelas dan akhirnya berpisah.
Menjelang akhir minggu ke-3, perkembangan somit dimulai, yang pada puncaknya akan menghasilkan 42 hingga 44 pasang somit. Bermula dari mesodermism, somit bertanggung jawab membentuk sebagian besar tengkorak kepala dan batanag tubuh, otot-otot tubuh terkait dan sebagaian besar dermis yang berbatasasn dengan kulit. Somit berguna untuk mengetahui usia embrio awal yang terbentuk kurang lebih 30 hari setelah fertilasi selama minggu ke 3, pembuluh saraf (cikal bakal otak medulla spinalis), notokord (permulaan vertebra), rongga koelomik (cikal bakal rongga tubuh) sel darah primitive dan kardiovaskular primitive mulai terbentuk.
Jantung mulai berdetak pada awal minggu ke empat pasca fertilisasi (6 minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir). Selama minggu ke empat terjadi perkembangan yang pesat dan terbentuk lapisan lempeng embironik longitudinal dan transfersal. Lapisan longitudinal meliputi lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio dari bentuk yang lurus menjadi bentuk yang memiliki lekuk.
Lapisan transfersal meliputi lapisan transfersal kiri dan transfersal kanan yang melipat ke arah garis tengah dan mengubah embrio dari bentuk datar menjadi bentuk silindris. Pada minggu ke empat, embrio diperkirakan memiliki gambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga (lubang otis), lengan (bakar lengan), tungkai (bakar tungkai), dan struktur leher dan wajah (tempat lekuk brakial pertama).
Selama minggu ke lima pasca fertilisasi, perkembangan pesat otak menghasilkan perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian yang lebih besar dari pada anggota tubuh lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga bokong, dan tungkai perkembang hampir satu minggu kemudian setelah lengan. Mata mulai berkembang berupa bakal lensa (mulai tampak pada minggu ke empat), cangkir optik, dan pigmen retina .
Hidung , mulut,dan palatum mulai terbentuk selama minggu ke enam pasca fertilisasi (delapan minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir) dan mata mulai terlihat. Lengan dan tungkai mengalami banyak perkembangan dan sinar – sinar di ginjal (jari-jari primordial) mulai berkembang pada lempeng tangan. Bentuk kepala lebih besar dari pada batang tubuh.
Minggu ke tujuh pasca fertilisasi menandai perkembangan tungaki lebih lanjut dengan digital rays (dari kaki primodial) berkembang pada lempemg kaki. Kelopak mata terbentuk dan dapat terlihat. Aurikula telinga bagian luar telah terbentuk dan mulai tampak meski belum sepenuh nya berkembang atau naik ke posisi seharus nya. Usus halus mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat yang memiliki ruang untuk usus tersebut.
Pada akhir minggu ke delapan pascafertilisasi (sepuluh minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir), embrio telah memiliki gambaran manusia meski ukuran kepala nya yang besar masih proporsional mencapai dan hampir separuh ukurn total. Tungkai , terutama bagian atas , telah mengalami diferensiasi (contoh, pergelangan tangan, siku ,lutut) dan peningkatan panjang. Osifikasi tulang di mulai dan area leher mulai terbentuk. Perkembangan urugenital telah terjadi , tetapi diferensiasi masih terlalu dini untuk dapat menentukan jenis kelamin.
Akhir minggu ke 8 pascafertilisasi juga menandai akhir perioadik embrionik. Semua struktur eksternal dan internal yang penting sudah terbentuk dan mengalami perkembangan dan detail lebih lanjut, termasuk penggantian kartilago oleh sel-sel tulang. Periode embrionik adalah masa kritis yang memungkinkan teratogen apapun (seperti obat-obatan,sinat x,virus) dapat menyebabkan kematian atau menyebabkan malformasi konginital.
Trimester pertama kehamilan juga mencakup dua miggu pertama periode janin. Pada akhir minggu ke 10 pascafertilisasi, atau miggu ke 12 bila dihitung sejak masa menstruasi terakhir, seluruh usus halus telah masuk kedalam abdomen dan keluar dari tali pusat, genitalia eksterna telah memiliki karakteristik laki-laki atau perempuan ( meski karakteristik ini belum terbentuk sempurna ) anus telah terbentuk, dan raut wajah janin sudah benar-benar tampak seperti manusia. Janin, yang kini memiliki berat 0,5 hingga 1 ons mulai dapat menelan, melakukan gerak pernapasan, berkemih, menggerakkan bagian tungkai tertentu, dapat mengedipkan mata dan mengerutkan wajah. Mulut membuka dan menutup. Ukuran kepala sekitar sepertiga panjang, yang kurang lebih 56 hingga 61mm.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
2.1.1 Sistem Reproduksi
2.1.1.1 Uterus
Perubahan uterus sepanjang kehamilan dan persalinan dan setelah melahirkan
sangat mencolok. Selama kehamilan, uterus mendukung perkembangan embrio dan
janin, mempertahankan struktur yang menjamin komunikasi janin-ibu. Selama
proses persalinan, otot-otot uterus bekerja secara serasi untuk mengeluarkan
janin. Setelah melahirkan, otot-otot uterus bekerja mengontrol perdarahan dan
mengalami involusi sampai akhir nya kembali mendekati keadaan sebelum hamil.
Pertumbuhan uterus. Uterus bertambah dalam berat dari massa sebelum hamil yaitu sekitar 70g sampai massa aterm sekitar 1100g (Gabbe, Niebly, dan simpson ,1996). Volume pada waktu aterm kira-kira 5 L ,tetapi dapat meningkat sampai 20 L pada kasus kehamilan multipel atau hidramnion. Pertumbuhan uterus di mulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel. Setiap sel miometrium bertambah panjang 100 kali pada saat aterm. Karena proses peningkatan masa miotrenium, dinding uterus mengalami peningkatan jumlah jaringan penyambung berkolagen dan materi dasar interselulernya.
Pertumbuhan uterus pada awalnya distimulasi oleh peningkatan kadar estrogen. Sangat jelas bahwa oleh pertumbuhan awal tersebut tidak begitu di perlukan sebagai respons terhadap distensi mekanik pertumbuhan hasil konsepsi, karena pada kehamilan ektopik pun terjadi pembesaran uterus. Selama 3 bulan pertama kehamilan berkembang , peregangan dinding uterus menebal hingga 25 mm. Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding uterus sebagai akibat pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga 5- 15mm pada aterm (blackburn dan loper ,1992 cunningham et al., 1997). Penipisan dinding uterus memungkinkan klinis untuk meraba janin pada trimester ketiga.
Selama trimester pertama , uterus juga berubah bentuk nya. Pada awal kehamilan uterus tetap berbentuk buah pir. Uterus perlahan berubah bentuk pada minggu ke 12 kehamilan. Setelah minggu ke 12 bentuknya menjadi lebih elips atau ovoid.
Uterus tetap menjadi organ pelvis sampai 12 minggu pertama kehamilan, setelah 12 minggu akan menjadi organ abdomen. Begitu mencapai abdomen ,akan menyebabkan distensi dinding abdomen anterior , mendesak usus ke arah lateral dan supeior, dan pada aterm berada setinggi hati.
Karena peregangan ligamen teres uteri dan ligamen rotundum, uterus aman dari pergerakan abdomen. Pada saat wanita berdiri , sumbu panjang pintu atas panggul. Otot –otot abdomen mempertahankan posisi ini kecuali jika otot abdomen melemah. Pada posisi telentang uterus berpindah ke posterior untuk menumpu pada tulang belakang dan pembuluh darah besar.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Estrogen dan, barang kali, progesterone diduga terutama bertanggung jawab terhadap pertumbuhan uterus akibat hiperplasia (peningkatan jumlah sel) selama bulan-bulan awal kehamilan. Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek mekanisme embrio yang berkembang. Pertumbuhan ini membuat dinding uterus semakin kuat, bukan melemah, karena jumlah sel otot juga meningkat disertai peningkatan jumlah jaringan elastis dan jaringan fibrosa. Oleh karena itu, pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam kandungan. Selama bulan-bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasi, kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar menyebabkan pelunakan uterus secara keseluruhan dan, bila dikombinasi dengan hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar. Tanda Chadwick merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina, termasuk lubang vagina pada serviks. Tanda Goodell adalah pelunakan serviks dari yang tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada kondisi hamil. Tanda Hegar merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah tertekan. Ketiga tanda ini merupakan bukti yang terdapat pada usia kehamilan sekitar enam minggu.
Pelunakan dan daya tertekan istmus uterus (tanda Hegar) mengurangi sokongan terhadap badan uterus yang membesar karena berat fundus meningkat. Akibatnya, uterus mengalami antifleksi belebihan selama tiga bulan pertama kehamilan, sementara uterus masih termasuk organ panggul. Kondisi ini menyebabkan fundus menekan kandung kemih dan meningkatkan frekuensi berkemih. Frekuensi berkemih akan menurun pada bulan ke empat kehamilan bersamaan dengan uterus mulai keluar dari panggul sehingga tidak lagi menekan kandung kemih.
Pertumbuhan uterus. Uterus bertambah dalam berat dari massa sebelum hamil yaitu sekitar 70g sampai massa aterm sekitar 1100g (Gabbe, Niebly, dan simpson ,1996). Volume pada waktu aterm kira-kira 5 L ,tetapi dapat meningkat sampai 20 L pada kasus kehamilan multipel atau hidramnion. Pertumbuhan uterus di mulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel. Setiap sel miometrium bertambah panjang 100 kali pada saat aterm. Karena proses peningkatan masa miotrenium, dinding uterus mengalami peningkatan jumlah jaringan penyambung berkolagen dan materi dasar interselulernya.
Pertumbuhan uterus pada awalnya distimulasi oleh peningkatan kadar estrogen. Sangat jelas bahwa oleh pertumbuhan awal tersebut tidak begitu di perlukan sebagai respons terhadap distensi mekanik pertumbuhan hasil konsepsi, karena pada kehamilan ektopik pun terjadi pembesaran uterus. Selama 3 bulan pertama kehamilan berkembang , peregangan dinding uterus menebal hingga 25 mm. Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding uterus sebagai akibat pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga 5- 15mm pada aterm (blackburn dan loper ,1992 cunningham et al., 1997). Penipisan dinding uterus memungkinkan klinis untuk meraba janin pada trimester ketiga.
Selama trimester pertama , uterus juga berubah bentuk nya. Pada awal kehamilan uterus tetap berbentuk buah pir. Uterus perlahan berubah bentuk pada minggu ke 12 kehamilan. Setelah minggu ke 12 bentuknya menjadi lebih elips atau ovoid.
Uterus tetap menjadi organ pelvis sampai 12 minggu pertama kehamilan, setelah 12 minggu akan menjadi organ abdomen. Begitu mencapai abdomen ,akan menyebabkan distensi dinding abdomen anterior , mendesak usus ke arah lateral dan supeior, dan pada aterm berada setinggi hati.
Karena peregangan ligamen teres uteri dan ligamen rotundum, uterus aman dari pergerakan abdomen. Pada saat wanita berdiri , sumbu panjang pintu atas panggul. Otot –otot abdomen mempertahankan posisi ini kecuali jika otot abdomen melemah. Pada posisi telentang uterus berpindah ke posterior untuk menumpu pada tulang belakang dan pembuluh darah besar.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Estrogen dan, barang kali, progesterone diduga terutama bertanggung jawab terhadap pertumbuhan uterus akibat hiperplasia (peningkatan jumlah sel) selama bulan-bulan awal kehamilan. Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek mekanisme embrio yang berkembang. Pertumbuhan ini membuat dinding uterus semakin kuat, bukan melemah, karena jumlah sel otot juga meningkat disertai peningkatan jumlah jaringan elastis dan jaringan fibrosa. Oleh karena itu, pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus seiring perkembangan janin di dalam kandungan. Selama bulan-bulan pertama kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh darah dan pembuluh limfe uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasi, kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar menyebabkan pelunakan uterus secara keseluruhan dan, bila dikombinasi dengan hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar. Tanda Chadwick merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina, termasuk lubang vagina pada serviks. Tanda Goodell adalah pelunakan serviks dari yang tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada kondisi hamil. Tanda Hegar merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah tertekan. Ketiga tanda ini merupakan bukti yang terdapat pada usia kehamilan sekitar enam minggu.
Pelunakan dan daya tertekan istmus uterus (tanda Hegar) mengurangi sokongan terhadap badan uterus yang membesar karena berat fundus meningkat. Akibatnya, uterus mengalami antifleksi belebihan selama tiga bulan pertama kehamilan, sementara uterus masih termasuk organ panggul. Kondisi ini menyebabkan fundus menekan kandung kemih dan meningkatkan frekuensi berkemih. Frekuensi berkemih akan menurun pada bulan ke empat kehamilan bersamaan dengan uterus mulai keluar dari panggul sehingga tidak lagi menekan kandung kemih.
Seiring pembesaran, bentuk uterus berubah dari bentuk buah pir sebelum
hamil menjadi bentuk seperti bola pada awal kehamilan dan menjadi kantung yang
semakin membesar setelah usia kehamilan tiga bulan bersamaan dengan pembesaran
tersebut, uterus tidak dapat lagi berada di dalam panggul sehingga uterus akan
keluar dari panggul dan menjadi salah satu organ abdomen. Uterus akan melakukan
sedikit rotasi ke kanan ketika mulai keluar dari panggul. Dekstrorotasi ini
diduga akibat ada rektosigmoid yang menempati bagian kiri rongga panggul.
Uterus dapat membesar pada kisaran waktu yang sedikit berbeda (variasi satu
hingga dua minggu) bagi wanita primigravida dan multigravida. Variasi ini dapat
menyebabkan beberapa perbedaan pada ukuran awal dan saat uterus mencapai batas
anatomis tertentu, mis., umbilikus.
Pembesaran uterus pada awal kehamilan mungkin tidak simetris. Ovum pada
kondisi normal berimplantasi pada bagian atas dinding uterus, lebih sering pada
posisi posterior. Jika lokasi implantasi lebih dekat dengan salah satu area
kornu tempat ovum berimplantasi membesar sebagai respons terhadap perkembangan
embriologi yang berlangsung di lokasi tersebut. Implantasi ini dapat dideteksi
saat dilakukan pemeriksaan panggul berdasarkan ketidaksimetrisan uterus dan
kontur yang tidak teratur dan kasar pada salah satu area kornu.
Ketidakteraturan uterus ini terjadi pada minggu ke-8 hingga minggu ke-10 usia
kehamilan dan dikenal sebagai tanda piskacek.
Tanda lain kehamilan yang diakibatkan oleh pembesaran uterus adalah
pembesaran abdomen. Pembesaran ini dimulai dari bulan ke empat kehamilan, yakni
saat uterus semakin membesar dan menjadi salah satu organ abdomen. Abdomen
menjadi lebih menonjol saat wanita tersebut berdiri dibanding ketika ia
berbaring. Pembesaran uterus dapat lebih mudah terdeteksi pada multipara
daripada primigravida karena tonus otot pada dinding abdomen sudah menurun,
terutama jika wanita tersebut tidak melakukan latihan untuk memperoleh kembali
bentuk tubuhnya setalah ia hamil. Abdomen yang menggantung merupakan hasil dari
uterus yang mulai menurun kedepan dan kebawah. Hal ini dapat menimbulkan masalah
saat persalinan berlangsung pada kasus-kasus yang ekstrem.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
Perubahan konsentrasi hormon sirkulasi sangat mempengaruhi jaringan saluran
genital. Uterus terbentuk dari peleburan dua duktus Muller digaris tengah tubuh
yang menghasilkan struktur uterus orang dewasa yang terdiri atas tiga lapisan.
Lapisan tersebut adalah: lapisan dalam yang tipis, berupa serabut sirkular;
lapisan luar yang tipis, sebagian besar tersusun atas serabut otot
longitudinal; dan lapisan tengah yang tebal, berupa serabut yang saling tekait.
Selain itu, rasio antara otot dan jaringan ikat dari bagian bawah uterus menuju
fundus mengalami peningkatan. Kadar estradiol dan progesteron yang tinggi dalam
tubuh ibu merangsang proses hiperplasia dan hipertrofi sel-sel miometrium
sehingga berat uterus meningkat dari 50-60 g sebelum kehamilan menjadi 1000 g
saat aterm.
Diawal masa kehamilan, pertumbuhan uterus tidak bergantung pada janin yang tumbuh didalamnya, dan proses ini berlangsung sama cepatnya dengan kehamilan ektopik. Seiring dengan peningkatan usia gestasi, pembelahan sel miometrium tidak terlalu bermakna dan peningkatan ukuran uterus sebagian besar dipengaruhi oleh hipertrofi masing-masing sel. Pada tahap ini, peningkatan ukuran isi uterus merupakan stimulus yang penting, dan ini ditandai dengan peningkatan panjang serabut otot yang mencapai lima belas kali lipat.
Selain perubahan ukuran dan jumlah sel miometrium, penghubung sel khusus juga berkembang seiring peningkatan usia gestasi. Taut ruang interseluler ini memungkinkan perubahan pada potensial membran untuk menyebar dengan cepat dari satu sel ke sel lain sehingga membantu perluasan depolarisasi membran, dan akhirnya membantu kontraksi miometrium. Setelah taut tersebut matur, kontraksi uterus menjadi semakin sering. Mula-mula, kontraksi berupa kontraksi Braxton-Hicks yang tidak menimbulkan nyeri, dimulai sejak minggu kedelapan kehamilan dan semakin jelas pada paruh kedua kehamilan. Kemudian, kontraksi ini mentruasi aktivitas pemacu gerak pada fundus uterus untuk meningkatkan kontraksi terkoordinasi yang dominan difundus yang penting untuk proses persalinan.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
Diawal masa kehamilan, pertumbuhan uterus tidak bergantung pada janin yang tumbuh didalamnya, dan proses ini berlangsung sama cepatnya dengan kehamilan ektopik. Seiring dengan peningkatan usia gestasi, pembelahan sel miometrium tidak terlalu bermakna dan peningkatan ukuran uterus sebagian besar dipengaruhi oleh hipertrofi masing-masing sel. Pada tahap ini, peningkatan ukuran isi uterus merupakan stimulus yang penting, dan ini ditandai dengan peningkatan panjang serabut otot yang mencapai lima belas kali lipat.
Selain perubahan ukuran dan jumlah sel miometrium, penghubung sel khusus juga berkembang seiring peningkatan usia gestasi. Taut ruang interseluler ini memungkinkan perubahan pada potensial membran untuk menyebar dengan cepat dari satu sel ke sel lain sehingga membantu perluasan depolarisasi membran, dan akhirnya membantu kontraksi miometrium. Setelah taut tersebut matur, kontraksi uterus menjadi semakin sering. Mula-mula, kontraksi berupa kontraksi Braxton-Hicks yang tidak menimbulkan nyeri, dimulai sejak minggu kedelapan kehamilan dan semakin jelas pada paruh kedua kehamilan. Kemudian, kontraksi ini mentruasi aktivitas pemacu gerak pada fundus uterus untuk meningkatkan kontraksi terkoordinasi yang dominan difundus yang penting untuk proses persalinan.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
1.1.2. Serviks
Massa dan kandungan air pada serviks meningkat selama kehamilan.
Peningkatan vaskulariasasi dan edema, begitu juga hiperplasia dab hipertrofi
kelenjar serviks menyebabkan serviks melunak (tanda Goodell) dan muncul nya
kebiruan (tanda chadwick) pada suatu bulan setelah konsepsi. Kurang lebih
85%-90% dari serviks dalah jaringan penyambung, sedangkan 10%-15% nya adalah
otot polos. Bagian serviks lebih atas memilik konsentrasi otot polos lebih
besar (25%) dan proporsinya makin menurun di bagian tengah (16%) dan dibagian
bawah memiliki proporsi terkecil (6%) (fuchs dan fuchs 1996).
Jaringan penyambung terdiri atas serat kolagen dan elastin yang membentuk jaringan dalam gel yang mirip proteoglikan. Kolagen relatif kaku berbentuk seperti struktur batang yang membantu mencegah terjadi nya dilatasi prematur. Elastin diperkirakan sebagai pemberi elastisitas sehinnga serviks dapat di latasi selama persalinan dan kembali ke bentuk normal setelah melahirkan.
Kelenjar – kelenjar serviks hanya menjadi bagian kecil serviks pada wanita yang tidak hamil. Pada keadaan aterm , ia mengambil porsi hampir separuh dari semua mass serviks. Ruang kelenjar terisi mukus dan segera setelah konsepsi mukus yang kental diproduksi mengisi kanal serviks.
Epitel kolimnar dari kanal endroserviks dan kelenjar endroserviks berproliferasi sampai pada titik melebarnya, dari eksternal ke bagian porsio vaginalis. Walaupun penipisan ini mungkin tamapak seperti erosi, inflamasi jarang di temukan .
Agar terjadi persalinan, serviks harus lunak, menipis dan meningkatkan kelenturannya agar dapat di lewati. Proses ini disebut pematangan serviks (ripening), ketika terjadi perubahan pada jaringan kolagenase, proteoglikan dan otot polos. Enzim kolagen , elastase dan enzim lain memguraikan kolagen menjadi lebih larut dan meningkatkan kadar serviks. Proses ini menghasilkab berlanjutnya pelunakan serviks.
Pematangan serviks terjadi karena pengaruh dari beberapa dari hormon , yaitu estradiol, progestrob , relaksin, prostasiklin , dan prostaglandin E2 (PGE2). Progesteron mnghambat pemecahan kolagen, dan faktor-faktor yang dianggap menghambta progestron mungkin berperan dalam pematangan serviks ini. Peningkatan relaksin serviks mungkin mempengaruhi perubahan kadar air dan mukopolisakarida di serviks, walaupun peran relaksin pada manusia msih didebatkan. Diperkirakan , prostaglandin mempunyai efek lokal pada pelunakan serviks. Jumblah PGE2 pada mukus serviks meningktkan pada trimester kedua, mendorong perubahan awal proses pematangan sebelum aterm (fuchs, Ivell, dan friedman, 1995).
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Selama kehamilan, serviks mulai membengkak dan menjadi lebih lunak karena pengaruh estradiol dan progesteron. Estradiol mentruasi petumbuhan epitelium kolumnar pada saluran serviks, yang mulai terlihat di ektoserviks dan disebut ektropion. Ektropion sangat penting karena merupakan epitel yang tidak terlalu kuat dan cenderung bedarah saat disentuh. Serviks sering kali terlihat “ membiru “ selama kehamilan. Ini terjadi karena peningkatan vaskularitas. Selai perubahan diatas, kelenjar mukus diserviks mulai membesar dan semakin kompleks. Prostaglandin menstimulasi remodeling kolagen serviks, terutama menjelang akhir periode gestasi, sedangkan kolagenase yang dilepaskan dari leukosit juga membantu melunakkan serviks ; selama kehamilan, progesteron menhambat proses tersebut.
Selama kehamilan, epitel vagina mulai menebal akibat pengaruh estrogen, dan kecepatan proses deskuamasi selama periode tersebut juga meningkat, mengakibatkan peningkatan rabas vagina. Rabas tersebut memili pH yang lebih asam dibandingkan sekresi vagina wanita yang tidak hamil (4,5-5,0) dan dapat melindungi vagina dari infeksi asendens. Meskipun demikian, infeksi ragi dapat berkembang dilingkungan tersebut dan mempredisposisi terjadinya kandidiasis. Seiring peningkatan usia gestasi, vagina juga semakin kaya akan pembuluh darah.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
2.1.1.3 0varium
Jaringan penyambung terdiri atas serat kolagen dan elastin yang membentuk jaringan dalam gel yang mirip proteoglikan. Kolagen relatif kaku berbentuk seperti struktur batang yang membantu mencegah terjadi nya dilatasi prematur. Elastin diperkirakan sebagai pemberi elastisitas sehinnga serviks dapat di latasi selama persalinan dan kembali ke bentuk normal setelah melahirkan.
Kelenjar – kelenjar serviks hanya menjadi bagian kecil serviks pada wanita yang tidak hamil. Pada keadaan aterm , ia mengambil porsi hampir separuh dari semua mass serviks. Ruang kelenjar terisi mukus dan segera setelah konsepsi mukus yang kental diproduksi mengisi kanal serviks.
Epitel kolimnar dari kanal endroserviks dan kelenjar endroserviks berproliferasi sampai pada titik melebarnya, dari eksternal ke bagian porsio vaginalis. Walaupun penipisan ini mungkin tamapak seperti erosi, inflamasi jarang di temukan .
Agar terjadi persalinan, serviks harus lunak, menipis dan meningkatkan kelenturannya agar dapat di lewati. Proses ini disebut pematangan serviks (ripening), ketika terjadi perubahan pada jaringan kolagenase, proteoglikan dan otot polos. Enzim kolagen , elastase dan enzim lain memguraikan kolagen menjadi lebih larut dan meningkatkan kadar serviks. Proses ini menghasilkab berlanjutnya pelunakan serviks.
Pematangan serviks terjadi karena pengaruh dari beberapa dari hormon , yaitu estradiol, progestrob , relaksin, prostasiklin , dan prostaglandin E2 (PGE2). Progesteron mnghambat pemecahan kolagen, dan faktor-faktor yang dianggap menghambta progestron mungkin berperan dalam pematangan serviks ini. Peningkatan relaksin serviks mungkin mempengaruhi perubahan kadar air dan mukopolisakarida di serviks, walaupun peran relaksin pada manusia msih didebatkan. Diperkirakan , prostaglandin mempunyai efek lokal pada pelunakan serviks. Jumblah PGE2 pada mukus serviks meningktkan pada trimester kedua, mendorong perubahan awal proses pematangan sebelum aterm (fuchs, Ivell, dan friedman, 1995).
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Selama kehamilan, serviks mulai membengkak dan menjadi lebih lunak karena pengaruh estradiol dan progesteron. Estradiol mentruasi petumbuhan epitelium kolumnar pada saluran serviks, yang mulai terlihat di ektoserviks dan disebut ektropion. Ektropion sangat penting karena merupakan epitel yang tidak terlalu kuat dan cenderung bedarah saat disentuh. Serviks sering kali terlihat “ membiru “ selama kehamilan. Ini terjadi karena peningkatan vaskularitas. Selai perubahan diatas, kelenjar mukus diserviks mulai membesar dan semakin kompleks. Prostaglandin menstimulasi remodeling kolagen serviks, terutama menjelang akhir periode gestasi, sedangkan kolagenase yang dilepaskan dari leukosit juga membantu melunakkan serviks ; selama kehamilan, progesteron menhambat proses tersebut.
Selama kehamilan, epitel vagina mulai menebal akibat pengaruh estrogen, dan kecepatan proses deskuamasi selama periode tersebut juga meningkat, mengakibatkan peningkatan rabas vagina. Rabas tersebut memili pH yang lebih asam dibandingkan sekresi vagina wanita yang tidak hamil (4,5-5,0) dan dapat melindungi vagina dari infeksi asendens. Meskipun demikian, infeksi ragi dapat berkembang dilingkungan tersebut dan mempredisposisi terjadinya kandidiasis. Seiring peningkatan usia gestasi, vagina juga semakin kaya akan pembuluh darah.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
2.1.1.3 0varium
Fungsi ovarium. Fertilisasi dn implantasi membjuat berhentinya maturasi
folikel dan ovulasi. Fungsi korpus lueteum selama 6-7minggu kehamilan ,
berkontribusi terhadap produksi progestron. Hilangnya korpus lueteum sebelum
minggu ke-7 kehamilan akan menyebabkan turunnya progesteron materbal dan
abortus spontan. Pengambilan korpus lueteum pada kehamilan yang sudah matur
tidak menyebabkan efek ini.
Relaksin adalah suatu hormon protein yang dikeluarkab oleh korpus luetum dan mungkin juga oleh desidua uterus selama kehamilan. Hail penelitian mendukungb bahwa relaksin dapart menyebabkan relaksasi otot uterus dan pelunakan atau pematangan serviks.
Otot polos pada tuba berkembang menjadi sedikit hipertrofi. Epitel – epitel mukosa lebig datar di bandingakn engan epitel pada wanita yang tidak hamil. Sel-sel desidua mungkin dapat ditemukab di endosalping , tetapi tidak da membran desidua lanjutan yang terbentuk.
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus luteum graviditatum, tetapi setelah bulan IV, corpus luteum ini mengisut.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Relaksin adalah suatu hormon protein yang dikeluarkab oleh korpus luetum dan mungkin juga oleh desidua uterus selama kehamilan. Hail penelitian mendukungb bahwa relaksin dapart menyebabkan relaksasi otot uterus dan pelunakan atau pematangan serviks.
Otot polos pada tuba berkembang menjadi sedikit hipertrofi. Epitel – epitel mukosa lebig datar di bandingakn engan epitel pada wanita yang tidak hamil. Sel-sel desidua mungkin dapat ditemukab di endosalping , tetapi tidak da membran desidua lanjutan yang terbentuk.
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus luteum graviditatum, tetapi setelah bulan IV, corpus luteum ini mengisut.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
2.1.1.4 Vagina
Dalam kehamilan, pembuluh darah dinding vagina bertambah sehingga warna
selaput lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan ( elastisitas ) vagina
bertambah, artinya daya regang bertambah, sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5 – 6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya asam laktat sebagai hasil penghancuran glikogen yang berada dalam sel – sel epitel vagina oleh basil Doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.
( Sumber : Obstetric fisiologi: ilmu kesehatan reproduksi / editor, Firman F. Wirakusumah, Johanes C. Mose, Budi Handono ; editor penyelaras, Husny Muttaqin, Loi indra. – Ed. 2. – Jakarta : EGC, 2010. )
Vulva dan perineum menunjukkan peningkatan vaskulariasasi dan menjadi hiperemia selama kehamilan. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan timbulnya warna kebiruan (tanda Chadwick), mirip dengan perubahan yang terjadi pada serviks. Peningkatan kadar estrogen menstimulasi perubahan pada dinding vagina , termasuk peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertofi otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah panjangnya vagina. Rugae menjadi lebih nyata pada nulipara. Pada multipara, peregangan sebelumnya pada otot polos menyebabkan vagina lunak daripada nulipara.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5 – 6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya asam laktat sebagai hasil penghancuran glikogen yang berada dalam sel – sel epitel vagina oleh basil Doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.
( Sumber : Obstetric fisiologi: ilmu kesehatan reproduksi / editor, Firman F. Wirakusumah, Johanes C. Mose, Budi Handono ; editor penyelaras, Husny Muttaqin, Loi indra. – Ed. 2. – Jakarta : EGC, 2010. )
Vulva dan perineum menunjukkan peningkatan vaskulariasasi dan menjadi hiperemia selama kehamilan. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan timbulnya warna kebiruan (tanda Chadwick), mirip dengan perubahan yang terjadi pada serviks. Peningkatan kadar estrogen menstimulasi perubahan pada dinding vagina , termasuk peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertofi otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah panjangnya vagina. Rugae menjadi lebih nyata pada nulipara. Pada multipara, peregangan sebelumnya pada otot polos menyebabkan vagina lunak daripada nulipara.
Sekresi vagina meningkat, dan peningkatan ini menghasilkan mukus yang
banyak dan berwarna keputihan. Banyak wanita hamil mengalami peningkatan
jumblah cairan vagian ini pada trimester ketiga sehingga perlu menggunakan
pelapis atau pembalut untuk menyerap cairan. Karena stimutasi estrogen, mukosa
vagina memetabolisme glikogen.. Peningkatan laktobasilus pada kehamilan juga
meningkatkan metaboklisme ini. Hasil metabolisme glikogen adalah asam laktat,
yang berpengaruh menurunkan pH vagina. Pada introitus midvagina, forniks
anterior dan posterior, Ph berkisar antara 3,5-4,0 sebagai akibat dari
meningkatnya asam laktat dari glikogen pada epitel vagina. Perubahan juga
terjadi pada serviks ketika Ph-nya berkisar antara 5,2 sampai 6,0. Peningkatan
keasaman vagina berguna untuk mengontrol pefrtumbuhan bakteri patogen.
Peningkatan ph berhubungan dengan sejumblah flora pada vagina (Riedewald et
ea., 1990)
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
2.1.2 PAYUDARA DAN LAKTASI
Perubahan siklus terlihat pada jaringan payudara sebagai respon terhadap
siklus menstruasi dan, selama kehamilan, perubahan tersebut kian nyata.
Terdapat banyak sekali simpanan lemak disekitar jaringan glandular. Jumlah
duktus glandular meningkat karena pengaruh estrogen, segangkan jumlah alveoli
kelenjar meningkat karena pengaruh progesteron ( dan laktogen plasenta manusia,
hPL ). hPL juga menstimulasi sintesis kasein, laktoglobulin, dan laktalbumin di
alveoli.
Meskipun konsentrasi prolaktin serum meningkat selama kehamilan, hal ini tidak menyebabkan laktasi, sebab kerja hormon tersebut dihambat oleh estrogen di tingkat reseptor alveolar. Penurunan drastis kadar estrogen dalam 48 jam pertama pasca-pelahiran menghilangkan hambatan tersebut; dengan demikian, proses laktasi pun dimulai. Menjelang akhir periode kehamilan dan diawal puerperium, payudara menghasilkan kolostrum, sejenis sekresi kental kuning, yang kaya akan imunoglobulin.
Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak dini, sebab mengisap menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk melepaskan oksitosin dan prolaktin, secara berturut-turut. Stres dan rasa takut mengurangi sintesis dan pelepasan prolaktin sebab kondisi tersebut meningkatkan sintesis dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama dua atau tiga hari pertama puerperium, prolaktin menyebabkan pembesaran payudara, karena alveoli terisi penuh oleh susu. Oksitosin yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini meremas susu kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir subareola. Selain itu, oksitosin dapat menghambat pelepasan dopamin, yang akan meningkatkan keberhasilan proses laktasi.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC)
Meskipun konsentrasi prolaktin serum meningkat selama kehamilan, hal ini tidak menyebabkan laktasi, sebab kerja hormon tersebut dihambat oleh estrogen di tingkat reseptor alveolar. Penurunan drastis kadar estrogen dalam 48 jam pertama pasca-pelahiran menghilangkan hambatan tersebut; dengan demikian, proses laktasi pun dimulai. Menjelang akhir periode kehamilan dan diawal puerperium, payudara menghasilkan kolostrum, sejenis sekresi kental kuning, yang kaya akan imunoglobulin.
Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak dini, sebab mengisap menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk melepaskan oksitosin dan prolaktin, secara berturut-turut. Stres dan rasa takut mengurangi sintesis dan pelepasan prolaktin sebab kondisi tersebut meningkatkan sintesis dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama dua atau tiga hari pertama puerperium, prolaktin menyebabkan pembesaran payudara, karena alveoli terisi penuh oleh susu. Oksitosin yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini meremas susu kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir subareola. Selain itu, oksitosin dapat menghambat pelepasan dopamin, yang akan meningkatkan keberhasilan proses laktasi.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC)
Fungsi hormone yang mempersiapkan pemberian ASI antara lain sebagai
berikut.
a. Esterogen
• Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
• Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara tampak makin besar.
• Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b. Progesteron
• Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
• Menambah sel asinus.
c. Somatomamotrofin
• Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.
• Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
a. Esterogen
• Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
• Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara tampak makin besar.
• Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b. Progesteron
• Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
• Menambah sel asinus.
c. Somatomamotrofin
• Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.
• Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya
somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus
payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah
areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan
menonjol.
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.
Dalam 3 bulan pertama,daerah sekitar putting dan putting susu akan terlihat
bewarna lebih gelap, karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh
tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena
dibawah kulit payudara.
Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih sensitif pada saat usia 4 minggu kehamilan. Estrogen dan progesterone adalah hormone utama yang paling berpengaruh terhadap perubahan payudara tersebut. Peningkatan estrogen menumbuhkan jaringan lemak, saluran mamae, alveoli dan putting susu. Progesteron memicu dalam pertumbuhan jaringan glandula dan alveoli lobular. Setelah dua bulan payudara akan mulai membesar dan sirkulasi pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih terlihat di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan lebih menonjol. Puting susu dan areola akan menjadi lebih gelap warnanya.
Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih sensitif pada saat usia 4 minggu kehamilan. Estrogen dan progesterone adalah hormone utama yang paling berpengaruh terhadap perubahan payudara tersebut. Peningkatan estrogen menumbuhkan jaringan lemak, saluran mamae, alveoli dan putting susu. Progesteron memicu dalam pertumbuhan jaringan glandula dan alveoli lobular. Setelah dua bulan payudara akan mulai membesar dan sirkulasi pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih terlihat di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan lebih menonjol. Puting susu dan areola akan menjadi lebih gelap warnanya.
Tanda – tanda umum :
1. Peningkatan ukuran secara bilateral, seringkali disertai kesemutan tegang dan nyeri tekan.
2. Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat hipertropi alvioli mamae.
3. Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu, seiring berjalannya waktu rabas kolostrum menjadi kuning dan kentalnya berkurang.
4. polikel montgomery kelenjar sebasea di areola.
5. Pembesaran dan peningkatan elektrilitas puting.
6. Perluasan dan peningkatan pigmen tasi areola (areola primere).
7. Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai jejak vena kebiruan.
( Sumber : http://dinnamelanii.blogspot.com/2012/06/perubahan-anatomi-dan-adaptasi_24.html, )
1. Peningkatan ukuran secara bilateral, seringkali disertai kesemutan tegang dan nyeri tekan.
2. Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat hipertropi alvioli mamae.
3. Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu, seiring berjalannya waktu rabas kolostrum menjadi kuning dan kentalnya berkurang.
4. polikel montgomery kelenjar sebasea di areola.
5. Pembesaran dan peningkatan elektrilitas puting.
6. Perluasan dan peningkatan pigmen tasi areola (areola primere).
7. Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai jejak vena kebiruan.
( Sumber : http://dinnamelanii.blogspot.com/2012/06/perubahan-anatomi-dan-adaptasi_24.html, )
2.1.3 SISTEM ENDOKRIN
Perubahan Endokrin
Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan. Banyak hormon peptida dan steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada kondisi tak-hamil, justru dihasilkan oleh jaringan intra uterus selama kehamilan. Apa persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut terhadap konsentrasi hormon sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin muncul, belum sepenuhnya dipahami. Banayk hormon melakukan aksinya secara tidak langsung, yakni dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan, banyak dari substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan aktivitan yang mencolok.
Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan didalam uterus, namun tidak semua menunjukkan fungsi endokrin yang jelas. Diantara peptida yang memiliki fungsi endokrin, salah satu yang paling dikenal adalah hCG. Hormon ini tersusun atas subunit-alfa dan-beta; subunit-beta khusus dihasilkan selama kehamilan dan banyak digunakan pada praktik modern sebagai uji kehamilan yang sensitif. Hormon ini dihasilkan oleh sel trofoblas dan terdeteksi dalam kadar kecil selama implantasi. Produksi hCG dipengaruhi oleh faktor inhibitor leukemia sitokin ( leukemia inhibitory hormone, LIF ) dan isoform hormon pelepas-gonadotropin ( gonadotrophin-releasing hormone, GnRH ) yang juga dihasilkan didalam diplasenta. Diawal periode kehamilan, hCG sangat berperan dalam mempertahankan fungsi korpus luteum. Ketika fungsi sumber penghasil progesteron di ovarium ini tidak lagi dominan ( setelah progestero yang dihasilkan plasenta mulai mendominasi selam beberapa minggu terakhir di trimester pertama kehamilan ), konsentrasi hCG sirkulasi menurun dari kadar puncak sekitar minggu kesepuluh kehamilan menjadi kadar plateu setelah minggu ke-12 kehamilan.
Tiroid
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas tirotrofik (mungkin karena subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan produksi TSH maternal dapat ditekan pada trimester pertama kehamilan, yakni ketika hCG mencapai kadar maksimal. TSH menunjukkan respon yang lemah terhadap injeksi TRH pada trimester pertama, namun kemudian respons tersebut kembali normal.
Beberapa peneliti mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual dan muntah yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik setelah trimester pertama. Hiperemesis gravidarum, yang merupakan gejala mual dan muntah yang ekstrem dan patologis, dapat disebabkan oleh hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4 bebas yang tinggi dan supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi tiroid masih dianggap normal selama sisa periode kehamilan.
Kebutuhan yodium materna meningakat akibat proses transpor aktif ke unit fetoplasenta dan karena peningkatan ekskresi yodium di urine. Penurunan kadar yodium dalam plasma menyebabkan peningkatan ambilan yodium dalam darah. Jika diet sudah kekurangan yodium, kelenjar titoid akan mengalami hipertofi untuk menangkap banyak yodium.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid pada kehamilan telah lama diketahui,dan penelitian terbaru menyebutkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan hormon tiroid sebesar 18%. Sebagai informasi tambahan, beberapa peneliti menemukan bahwa seperempat subjek penelitian mengalami peningkatan ukuran kelenjar sebesar 25%. Keadaan ini merupakan akibat dari hipertrofi jaringan kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kadar tiroksin (T₄) meningkat dalam serum ibu mulai pada bulan kedua kehamilan. Kadarnya menetap pada 9 – 16 µg/dl dibandingkan dengan kadar pada wanita yang tidak hamil, yaitu 5 – 12 µg/dl. Diperkirakan bahwa esterogen sangat mempengaruhi sintetis protein-peningkatan T4 di hati, menghasilkan suatu kapasitas peningkatan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kadar T4. Perubahan kadar T4 yang tidak terikat masih di perdebatkan, dengan beberapa peneletian melaporkan tidak ada perubahan, beberapa melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang melaporkan mengalami peningkatan. Glionoer dan rekan (1990) beragumentasi bahwa ada penurunan kadar triodotironin bebas dan T4 selama kehamilan jika di bandingkan dengan wanita yang tidak hamil, kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan protein pengikat tiroid (Kotak riset 6-4).
Thyroid – releasing hormone (TSH), yang mentimulasi sintesis dan melepaskan TSH, tidak meningkat selama kehamilan, tetapi tetap dalam rentang nilai normal wanita yang tidak hamil. Data-data mendukung bahwa karena hCG memiliki suatu aktivitas seperti THS intrisik, maka hCG secara langsung akan menstimulasi tiroid untuk menyekresi T4. Sesungguhnya, mungkin ada penurunan TSH saat kadar hCG mencapai puncaknya pada akhir trimester pertama, dan ada hubungan linierantara konsentrasi hCG dan T4 bebas di dalam serum ibu.
Perubahan Endokrin
Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan. Banyak hormon peptida dan steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada kondisi tak-hamil, justru dihasilkan oleh jaringan intra uterus selama kehamilan. Apa persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut terhadap konsentrasi hormon sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin muncul, belum sepenuhnya dipahami. Banayk hormon melakukan aksinya secara tidak langsung, yakni dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan, banyak dari substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan aktivitan yang mencolok.
Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan didalam uterus, namun tidak semua menunjukkan fungsi endokrin yang jelas. Diantara peptida yang memiliki fungsi endokrin, salah satu yang paling dikenal adalah hCG. Hormon ini tersusun atas subunit-alfa dan-beta; subunit-beta khusus dihasilkan selama kehamilan dan banyak digunakan pada praktik modern sebagai uji kehamilan yang sensitif. Hormon ini dihasilkan oleh sel trofoblas dan terdeteksi dalam kadar kecil selama implantasi. Produksi hCG dipengaruhi oleh faktor inhibitor leukemia sitokin ( leukemia inhibitory hormone, LIF ) dan isoform hormon pelepas-gonadotropin ( gonadotrophin-releasing hormone, GnRH ) yang juga dihasilkan didalam diplasenta. Diawal periode kehamilan, hCG sangat berperan dalam mempertahankan fungsi korpus luteum. Ketika fungsi sumber penghasil progesteron di ovarium ini tidak lagi dominan ( setelah progestero yang dihasilkan plasenta mulai mendominasi selam beberapa minggu terakhir di trimester pertama kehamilan ), konsentrasi hCG sirkulasi menurun dari kadar puncak sekitar minggu kesepuluh kehamilan menjadi kadar plateu setelah minggu ke-12 kehamilan.
Tiroid
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas tirotrofik (mungkin karena subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan produksi TSH maternal dapat ditekan pada trimester pertama kehamilan, yakni ketika hCG mencapai kadar maksimal. TSH menunjukkan respon yang lemah terhadap injeksi TRH pada trimester pertama, namun kemudian respons tersebut kembali normal.
Beberapa peneliti mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual dan muntah yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik setelah trimester pertama. Hiperemesis gravidarum, yang merupakan gejala mual dan muntah yang ekstrem dan patologis, dapat disebabkan oleh hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4 bebas yang tinggi dan supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi tiroid masih dianggap normal selama sisa periode kehamilan.
Kebutuhan yodium materna meningakat akibat proses transpor aktif ke unit fetoplasenta dan karena peningkatan ekskresi yodium di urine. Penurunan kadar yodium dalam plasma menyebabkan peningkatan ambilan yodium dalam darah. Jika diet sudah kekurangan yodium, kelenjar titoid akan mengalami hipertofi untuk menangkap banyak yodium.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC )
Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid pada kehamilan telah lama diketahui,dan penelitian terbaru menyebutkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan hormon tiroid sebesar 18%. Sebagai informasi tambahan, beberapa peneliti menemukan bahwa seperempat subjek penelitian mengalami peningkatan ukuran kelenjar sebesar 25%. Keadaan ini merupakan akibat dari hipertrofi jaringan kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kadar tiroksin (T₄) meningkat dalam serum ibu mulai pada bulan kedua kehamilan. Kadarnya menetap pada 9 – 16 µg/dl dibandingkan dengan kadar pada wanita yang tidak hamil, yaitu 5 – 12 µg/dl. Diperkirakan bahwa esterogen sangat mempengaruhi sintetis protein-peningkatan T4 di hati, menghasilkan suatu kapasitas peningkatan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kadar T4. Perubahan kadar T4 yang tidak terikat masih di perdebatkan, dengan beberapa peneletian melaporkan tidak ada perubahan, beberapa melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang melaporkan mengalami peningkatan. Glionoer dan rekan (1990) beragumentasi bahwa ada penurunan kadar triodotironin bebas dan T4 selama kehamilan jika di bandingkan dengan wanita yang tidak hamil, kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan protein pengikat tiroid (Kotak riset 6-4).
Thyroid – releasing hormone (TSH), yang mentimulasi sintesis dan melepaskan TSH, tidak meningkat selama kehamilan, tetapi tetap dalam rentang nilai normal wanita yang tidak hamil. Data-data mendukung bahwa karena hCG memiliki suatu aktivitas seperti THS intrisik, maka hCG secara langsung akan menstimulasi tiroid untuk menyekresi T4. Sesungguhnya, mungkin ada penurunan TSH saat kadar hCG mencapai puncaknya pada akhir trimester pertama, dan ada hubungan linierantara konsentrasi hCG dan T4 bebas di dalam serum ibu.
Paratiroid
Data menunjukkan bahwa ada peningkatan hormon paratiroid (PTH), yang kemungkinan besar disebabkan oleh hyperplasia. Mungkin saja perubahan kelenjar ini di pengaruhi oleh estrogen dan human plasental lactogen. Kadar PTH meningkat secara progresif selama kehamilan sehingga kadarnya pada kehamilan aterm kira – kira 30% – 50% di atas kadar wanita yang tidak hamil.
Data menunjukkan bahwa ada peningkatan hormon paratiroid (PTH), yang kemungkinan besar disebabkan oleh hyperplasia. Mungkin saja perubahan kelenjar ini di pengaruhi oleh estrogen dan human plasental lactogen. Kadar PTH meningkat secara progresif selama kehamilan sehingga kadarnya pada kehamilan aterm kira – kira 30% – 50% di atas kadar wanita yang tidak hamil.
Kelenjar Adrenal
Ada peningkatan kadar kortisol yang bersikulasi selama kehamilan, yang sebagian besar diikat oleh globulin pengikat-kortisol. Peningkatan kadar ini kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan pengeluaran metabolisme kortisol, karena tidak dijumpai peningkatan sekresi sortisol secara nyata oleh adrenal ibu. Kadar hormon adrenokortikotropik menurun selama kehamilan, sementara kadar kortisol bebas meningkat. Mekanisme ini tidak dipahami secara jelas.
Pada bulan keempat kehamilan, adrenal ibu meningkatkan jumlah sekresi aldosteron. Peningkatan ini bahkan lebih terlihat dengan pembatasan asupan garam peningkatan produksi aldosteron ini mempengaruhi oleh peningkatan kadar angiotensin II, yang menstimulasi zona glomerulosa dari adrenal untuk menyekresi aldosteron. Telah muncul dugaan bahwa mekanisme ini menyeimbangkan efek pengeluaran garam (natriuretik)terhadap progesteron.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
Ada peningkatan kadar kortisol yang bersikulasi selama kehamilan, yang sebagian besar diikat oleh globulin pengikat-kortisol. Peningkatan kadar ini kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan pengeluaran metabolisme kortisol, karena tidak dijumpai peningkatan sekresi sortisol secara nyata oleh adrenal ibu. Kadar hormon adrenokortikotropik menurun selama kehamilan, sementara kadar kortisol bebas meningkat. Mekanisme ini tidak dipahami secara jelas.
Pada bulan keempat kehamilan, adrenal ibu meningkatkan jumlah sekresi aldosteron. Peningkatan ini bahkan lebih terlihat dengan pembatasan asupan garam peningkatan produksi aldosteron ini mempengaruhi oleh peningkatan kadar angiotensin II, yang menstimulasi zona glomerulosa dari adrenal untuk menyekresi aldosteron. Telah muncul dugaan bahwa mekanisme ini menyeimbangkan efek pengeluaran garam (natriuretik)terhadap progesteron.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon diantaranya : estrogen, progesteron,
human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb. Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama
awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan. Perubahan anatomi
dan fisiologi pada system reproduksi, payudara dan system endokrin yang terjadi
pada wanita hamil merupakan suatu perubahan yang normal
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya
somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus
payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah
areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan
menonjol.
3.2 Saran
Sebagai bidan perlu memberikan informasi kepada Ibu hamil agar ibu
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anatomi dan adaptasi fisiologi
pada payudara bahwa perubahan itu normal dan ibu dapat mencegah terjadinya
kelainan atau hal-hal yang tidak diinginkan terkait masalah kehamilannya
melalui perawatan payudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar